Pinky Girl & Her Prince (2)

5:15:00 PM Fajria Anindya Utami 0 Comments

Hening...
Hanya keheningan yang melanda setelah kata-kata ketusku terlontar tegas dari lidahku. Kini aku menyalahi diriku sendiri.
Bodoh. Kenapa aku seketus itu? Lihat kan sekarang betapa kelunya lidahku untuk memulai percakapan kembali. Aku takut sekarang malah dia yang marah padaku. Aduh, apa yang harus kulakukan?
Aku mulai mengacak-acak koleksi CD di CD Box mobilku. Aku mencari CD Taylor Swift. Sengaja. Untuk melihat apakah dia masih ingat lagu kenangan kami. Saat dia mulai mengganti gigi. Tangannya perlahan menyentuh punggung tanganku. Aku tersentak menjauhkan tanganku dari tangannya.
Darah mendesir dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun kepalaku. Pipiku panas. Mungkin sudah memerah karena malu dan canggung yang luar biasa. Dia melirik ke arahku dengan tatapan bingung. Aku mulai menundukan kepala. Kulihat kearah depan jalanan mulai macet. Oh ternyata hanya lampu merah. Jazz-ku yang dikendarai Galang perlahan berhenti.
Desiran darahku sudah kembali normal. Ini saatnya aku mencari CD Taylor Swift lagi. Pikirku. Hanya butuh beberapa detik mencari, aku langsung menemukannya. Kubuka perlahan dan kuletakkan CD itu kedalam DVD mobilku.
"Masih suka Taylor Swift?" kata Galang membuatku hampir menjatuhkan tempat CD Taylor Swift.
"Ada apa denganmu? Kau terlihat canggung sekali. Ini hanya aku, Lily. Galang Haikal. Aku bukan monster yang dapat membuatmu seperti orang ketakutan. Katakan padaku, ada apa?" lanjutnya panjang lebar.
"Tidak. TIdak ada apa-apa. Lihat, sudah lampu hijau!" kataku mengalihkan perhatian.
Aku tekan tombol play dan mulai mendengarkan album kompilasi Taylor Swift. Kudengarkan senandung petikan gitar dari Terdrops on my guitar. Aku mulai bersenandung kecil mengikuti suara Swift. Kulirik kaca disebelah kiriku. Ada mobil yang membuatku tertegun. Mobil berwarna hitam dengan atap yang terbuka. Bukan, bukan aku matre karena melihat mobil mewah itu. Tapi yang mengendarai mobil itu. Aku mengenal pria yang memakai t-shirt simple berwarna biru dongker didalam mobil mewah itu. Dia......anak angkuh dikampusku dulu. Hans namanya. Aku benar-benar sebal dengan tingkahnya yang sombong itu. Yaaaa semua juga tau dia anak menteri. Menurutnya semua wanita akan tergila-gila padanya saat dia membuka kacamata hitamnya. Dan menarik bibir untuk membentuk senyum simpul yg katanya menawan itu. Menurutku, tampang bukanlah segalanya. Kepribadian & keimanan yang terpenting.
Lamunanku buyar ketika lagu berganti menjadi Mine. Ini yang aku tunggu. Aku mulai bersenandung lagi mengikuti suara lembut Swift. Kulihat Galang. Oh gosh... apa yang kulihat? Dia juga bersenandung. Saat aku melihat arah kedepan. Sudah ada gapura raksasa bertuliskan "SELAMAT DATANG DIKOTA DEPOK" ini berarti sedikit lagi sampai rumah. Kebetulan, rumahku & rumah Galang satu komplek. Hanya berbeda blok.
Jalan Raya Margonda sangat lengang dikamis siang saat kebanyakan orang sedang sibuk-sibuknya. Sementara aku memilih cuti hanya untuk menjemput Galang. Mataku terbelalak ketika Galang membelokan mobil ke Margo City Depok. Aku hanya menatapnya. Belum sempat bicara dia sudah bilang "Aku ingin membeli beberapa Donat J.Co & mengajakmu makan siang di Restaurant favourit-mu" aku hanya tersenyum & mengangguk setuju. Aku sempat memikirkan restauran apa yang dimaksud? Benarkah Ia masih ingat restaurant favorite-ku?
Galang memarkirkan mobil dengan telaten. Tak sepertiku yang sering menabrak tong sampah. Ia mematikan mesin & menarik kembali rem tangan seperti sediakala. Kami turun secara hampir bersamaan. Aku menutup pintu & membenarkan cardigan putihku. Kusisir rambutku dengan jari.
"Ayuk..." ajak Galang.
"Tasku!" pekikku kaget.
"Buka mobil-ku, tasku didalam" lanjutku dengan mulai agak tenang.
"Ini apa?" kata Galang menunjukan tas putihku.
"Oh kau pencuri..." tuduhku jahil & mulai berjalan mendekat ke arah Galang.
"Tidak. Aku mengambilkannya untukmu saat kau lengah" katanya sedikit serius.
"Okay. Mau makan dulu atau beli Donat?"
"Makan dulu ya. Cacing diperutku sangat jahil menggelitiki perutku untuk makan dulu bersamamu." lirihnya jahil.
"Baiklah. Aku tau kau merindukanku" kataku spontan. Dan sedikit kaget. Kata-kata itu meluncur begitu saja.
"Yaa, kau benar. Aku sangat merindukanmu..." katanya. Aku kaget sekaligus senang bukan main.
"Wahai kau bunga di tas ini" katanya tertawa.
"Kau ini! Garing sekali!" pekikku saat langkah kami sudah mulai menepak kedalam Mall.
"Lihat! Kau masih sama lucunya dengan pipi gembul yang merah itu"
Oh tidak, pipiku akan semakin merah dibilang seperti itu. Jujur, itu seperti pujian. Atau malah sebuah hinaan?
"Cukup, Galang Haikal!"
"Baik-baik. Mau makan di Solaria atau Barra di Cafe?"
Aku baru ingin mengatakan.....
"Oke. Biar aku tebak. Pasti Barra di Cafe!"
"Yeah kau benar." aku membenarkan.
Lucu juga ya saat keadaan sudah mencair begini. Pikirku.
Tiba-tiba perhatianku tertuju pada seorang Pria. Pria yang tadi jg kulihat di jalan. Hans. Untuk apa dia jauh-jauh ke Depok? Rumahnya kan di Pondok Indah. Kenapa dia gak ke Pondok Indah Mall? Merusak pemandangan saja.
Tapi tunggu. Ada apa dengannya? Terlihat kacau. Hanya mengaduk-aduk Frapucinno ala Starbucks yang dipesannya. Aku sedikit tertarik ada apa dengan Pria Slengeean seperti Hans?
"Hey, kok berhenti?" pekik Galang yang membuatku kaget.
"Ada apa dengan Pria itu? Kau mengenalnya?" lanjutnya dengan menunjuk Hans.
"Yeah, just friend" kataku tersenyum
"He's look terrible"
"Yeah, you're right" kataku setuju.
"Okay Nyonya Lily. Aku sudah sangat lapar. Ayo kita makan!" katanya manja sehingga membuatku tersenyum.
"Iya ayo" kataku lembut seperti seorang Ibu yang sedang menuruti kemauan anaknya.
Kami menyusuri dalam Mall. Menuju ke arah Bara di Cafe. Kami berjalan bersandingan. Kulirik ke arahnya. Ia sangat tinggi sekarang. Padahal tinggiku sudah hampir 170cm tanpa high heels. Kebetulan saat ini aku sedang mengenakan flat shoes, skinni jeans berwarna krem, tangtop merah yang dilapis cardigan putih. Rambutku kubiarkan tergerai. Kami berhenti didepan Bara di Cafe. Cukup aneh memang. Seharusnya kan kami langsung masuk.
"Ada apa lagi, Lily? Ayo masuk" kata Galang seperti Tuan Rumah
 "Tidak! Kenapa kau berhenti? Aku kan jadi ikut berhenti." kataku
 "Okay, okay." katanya sembari mencari tempat duduk.

0 comments:

Cerpen. Fiksi

Pinky Girl & Her Prince (1)

10:27:00 AM Fajria Anindya Utami 0 Comments

Kau kembali. Dan disinilah semua berawal.
Saat kau&aku saling bertatap. Saat aku memanggilmu dengan suara parau&gemetar. Aku takut. Bukan takut karena kau tak mengenaliku. Tapi aku takut kau melupakan semua kenangan yang pernah terjalin. Dan disinilah kita. Soekarno-hatta international airpot. Kudengar kepulanganmu dari negara yang kau impikan sejak dulu dari ibumu. Rusia. Hanya dengan bermodalkan beberapa test. Mulai dari tes Bahasa Inggris sampai tes dalam bidangmu; Arsitektur. Ibumu berkata padaku bahwa kau berubah. Di skype kau tampak lebih bahagia disana. Tubuhmu sekarang lebih tegap, lebih tampan. Kau tau style sekarang. Yaaa aku senang mendengarnya. Namun, begitu ibumu bilang kau memiliki wanita baru disana. Wanita berdarah Rusia asli yang tidak memiliki agama. Ibumu juga bilang bahwa beliau tidak setuju kau dengannya. Ibumu takut keimananmu kepada Allah SWT hilang hanya karena wanita. Terutama, wanita Rusia itu.

Lamunanku buyar ketika kau mendekat ke arahku. Darah didalam tubuhku mengalir deras. Terasa panas didalam diriku. Aku ingin teriak. Aku ingin berlari. Namun kau semakin dekat. Seperti yang dibilang ibumu. Kau berubah. Kau.......sangat tampan. Gayamu juga berbeda dari yang dulu. Dulu kau hanya mau memakai t-shirt berwarna gelap. Namun sekarang, kau berani memakai kemeja berwarna putih dengan garis hitam diseluruh permukaan kemeja itu. Kau berani memakai fantofel sekarang. Dulu kau hanya memakai sepatu keds. Wajahmu juga sekarang lebih mulus&bersih. Namun tetap ada wajah Indo disetiap garis diwajahmu. Aku rindu padamu......Galang. Oh tidak, dia semakin dekat hanya beberapa langkah lagi dan..........di berhenti tepat 10cm didepanku. Jantungku tak bisa berdegup normal. Cepat sekali, bahkan sampai sakit didada kiriku. Aku takbisa bayangkan sejelek apa wajahku sekarang.
"Kau...." dia memulai pembicaraan.
"Ya, aku...Ibumu sibuk dirumah, dan...dan aku dimintai tolong olehnya untuk menjemputmu" kataku ragu-ragu.
"Okay. No problem. So...naik apa kita?"
"Hmmm, aku bawa mobil. Mungkin gak sebagus mobil-mobil disana, tapi Honda Jazz lumayan juga untuk ukuranku" duh pembicaraan macam apa itu!
"Okay. Ladies first"  katanya sambil tersenyum. Manis sekali. Aku suka lesung pipit kirinya itu. Tapi....kenapa dia tidak memanggil namaku? Apa dia lupa? Atau dia tidak ingat kenangan kami dulu? Saat dia berjanji.....
"Hey, ayo jalan! Kok malah melamun?"
"Oh, iya!" senyumku mengembang. Dia pun tersenyum. Oh, betapa manisnya.
"Dimana kau parkir mobilmu? Bolehkah aku yang mengendarai?"
"Yaa, tentu saja"
"Great! Boleh kuminta kuncinya?"
"Nanti saja! Bagaimana mungkin aku mempercayaimu? Bagaimana kau Fake's Galang? Dan ingin mencuri mobil kesayanganku?" kataku saat suasana mulai mencair.
"Hahaha. Kau tidak berubah yaa.."
 What? Apa katanya? Aku tidak berubah? Itu berarti, dia masih mengingatku. Waaaaa, seperti ada bunga yang bermekaran dihatiku.
"Hah?!.. emm aku hanya tumbuh. Tidak akan berubah. Apalagi kita hanya 2,5 tahun tidak bertemu&berhubungan. Btw, itu mobilku!"
"Kau masih suka warna pink?" haaa, diapun masih ingat warna kesukaanku!
"Yap! Ternyata ingatanmu bagus juga" kataku mulai memberikan kunci mobil kepada Galang.
"Hanya 2,5 tahun aku disana. Mana mungkin aku lupa" katanya sambil membukakan pintu untukku.
Kutunggu dia masuk kemobil untuk merespon pertanyaannya.
"Hmm, ya yaaa. Bagaimana disana? S2 mu? lancar?" kataku sedikit berbasa-basi.
"Sangat lancar! Ada perusahaan disana yang menawariku, namun kufikir lebih baik aku cari kerja disini saja. Karena kudengar Agung Podomoro Group sedang membutuhkan Arsitek baru"
"Oh yaaa, okay" kataku kembali canggung mengingat dia sudah mempunyai kekasih disana.
"Bagaimana pekerjaanmu?"
"Baik, aku sudah menjadi PNS sekarang" kataku tersenyum.
"Kau masih di Badan POM?" katanya mulai menghidupkan mesin dan menarik rem tangan. Lalu melaju perlahan-lahan.
"Ya Alhamdulillah" kataku penuh rasa syukur.
"Bagus sekali! Bagaimana dengan bisnis Apotek keluargamu? By the way, kau belum menikah?"
Jleg....kenapa dia menanyakan hal ini? Jelas-jelas aku menunggunya.
"Masih kupegang beberapa cabang terdekat. Seperti di Bogor, Depok & Jakarta tentu saja. Hmm belum. Belum punya calon lebih tepatnya. Emm, pacarmu tidak kau ajak ikut kesini?"
"Ah, Victoria maksudmu? Tidak, aku tidak bersama lagi dengannya. Sehari sebelum aku flight dia memutuskanku. Dan jujur saja, aku senang. Karena, aku tidak serius dengannya" ceritanya.
Kok aku girang ya?
"Oh gitu...dia cantik bukan?"
"Ya tentu saja. Dia model. Model majalah pria dewasa"
What the.... Sejak kapan Galang menyukai wanita seperti itu?
"Itulah alasan aku senang putus dengannya. Haha" lanjutnya tertawa.
"Karena dia model majalah pria dewasa yang suka memamerkan bagian dada dan pahanya, begitu?" kataku ketus.
Jujur saja, aku cemburu. Sangat cemburu. Malah aku berfikir dia sudah tidak perjaka lagi. Yaaa kemungkinannya sangat besar. Karena aku tau pergaulan negara komunis itu.
"Kau marah padaku, Lily?" katanya membelokan mobil ke Tol Lingkar Dalam.
"Not at all" kataku datar.
Apa yang kudengar barusan? Dia memanggil namaku. Aku yakin sepenuhnya sekarang bahwa dia masih ingat semua kenangan kami. Kenangan SMP - kuliah dulu. Kami sudah bersama 8 tahun lamanya. Dan putus 2,5 tahun lalu. Tapi sebenarnya, tak sepenuhnya putus. Karena dia bilang "Silahkan kau menikah kalau kau bosan menungguku." Dan dia sudah melepas cincin pertunangan kami. Hanya satu yang masih kuragukan. Apakah dia masih mencintaiku?

0 comments:

Rabu, 29 Agustus 2012

Pinky Girl & Her Prince (2)

Hening...
Hanya keheningan yang melanda setelah kata-kata ketusku terlontar tegas dari lidahku. Kini aku menyalahi diriku sendiri.
Bodoh. Kenapa aku seketus itu? Lihat kan sekarang betapa kelunya lidahku untuk memulai percakapan kembali. Aku takut sekarang malah dia yang marah padaku. Aduh, apa yang harus kulakukan?
Aku mulai mengacak-acak koleksi CD di CD Box mobilku. Aku mencari CD Taylor Swift. Sengaja. Untuk melihat apakah dia masih ingat lagu kenangan kami. Saat dia mulai mengganti gigi. Tangannya perlahan menyentuh punggung tanganku. Aku tersentak menjauhkan tanganku dari tangannya.
Darah mendesir dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun kepalaku. Pipiku panas. Mungkin sudah memerah karena malu dan canggung yang luar biasa. Dia melirik ke arahku dengan tatapan bingung. Aku mulai menundukan kepala. Kulihat kearah depan jalanan mulai macet. Oh ternyata hanya lampu merah. Jazz-ku yang dikendarai Galang perlahan berhenti.
Desiran darahku sudah kembali normal. Ini saatnya aku mencari CD Taylor Swift lagi. Pikirku. Hanya butuh beberapa detik mencari, aku langsung menemukannya. Kubuka perlahan dan kuletakkan CD itu kedalam DVD mobilku.
"Masih suka Taylor Swift?" kata Galang membuatku hampir menjatuhkan tempat CD Taylor Swift.
"Ada apa denganmu? Kau terlihat canggung sekali. Ini hanya aku, Lily. Galang Haikal. Aku bukan monster yang dapat membuatmu seperti orang ketakutan. Katakan padaku, ada apa?" lanjutnya panjang lebar.
"Tidak. TIdak ada apa-apa. Lihat, sudah lampu hijau!" kataku mengalihkan perhatian.
Aku tekan tombol play dan mulai mendengarkan album kompilasi Taylor Swift. Kudengarkan senandung petikan gitar dari Terdrops on my guitar. Aku mulai bersenandung kecil mengikuti suara Swift. Kulirik kaca disebelah kiriku. Ada mobil yang membuatku tertegun. Mobil berwarna hitam dengan atap yang terbuka. Bukan, bukan aku matre karena melihat mobil mewah itu. Tapi yang mengendarai mobil itu. Aku mengenal pria yang memakai t-shirt simple berwarna biru dongker didalam mobil mewah itu. Dia......anak angkuh dikampusku dulu. Hans namanya. Aku benar-benar sebal dengan tingkahnya yang sombong itu. Yaaaa semua juga tau dia anak menteri. Menurutnya semua wanita akan tergila-gila padanya saat dia membuka kacamata hitamnya. Dan menarik bibir untuk membentuk senyum simpul yg katanya menawan itu. Menurutku, tampang bukanlah segalanya. Kepribadian & keimanan yang terpenting.
Lamunanku buyar ketika lagu berganti menjadi Mine. Ini yang aku tunggu. Aku mulai bersenandung lagi mengikuti suara lembut Swift. Kulihat Galang. Oh gosh... apa yang kulihat? Dia juga bersenandung. Saat aku melihat arah kedepan. Sudah ada gapura raksasa bertuliskan "SELAMAT DATANG DIKOTA DEPOK" ini berarti sedikit lagi sampai rumah. Kebetulan, rumahku & rumah Galang satu komplek. Hanya berbeda blok.
Jalan Raya Margonda sangat lengang dikamis siang saat kebanyakan orang sedang sibuk-sibuknya. Sementara aku memilih cuti hanya untuk menjemput Galang. Mataku terbelalak ketika Galang membelokan mobil ke Margo City Depok. Aku hanya menatapnya. Belum sempat bicara dia sudah bilang "Aku ingin membeli beberapa Donat J.Co & mengajakmu makan siang di Restaurant favourit-mu" aku hanya tersenyum & mengangguk setuju. Aku sempat memikirkan restauran apa yang dimaksud? Benarkah Ia masih ingat restaurant favorite-ku?
Galang memarkirkan mobil dengan telaten. Tak sepertiku yang sering menabrak tong sampah. Ia mematikan mesin & menarik kembali rem tangan seperti sediakala. Kami turun secara hampir bersamaan. Aku menutup pintu & membenarkan cardigan putihku. Kusisir rambutku dengan jari.
"Ayuk..." ajak Galang.
"Tasku!" pekikku kaget.
"Buka mobil-ku, tasku didalam" lanjutku dengan mulai agak tenang.
"Ini apa?" kata Galang menunjukan tas putihku.
"Oh kau pencuri..." tuduhku jahil & mulai berjalan mendekat ke arah Galang.
"Tidak. Aku mengambilkannya untukmu saat kau lengah" katanya sedikit serius.
"Okay. Mau makan dulu atau beli Donat?"
"Makan dulu ya. Cacing diperutku sangat jahil menggelitiki perutku untuk makan dulu bersamamu." lirihnya jahil.
"Baiklah. Aku tau kau merindukanku" kataku spontan. Dan sedikit kaget. Kata-kata itu meluncur begitu saja.
"Yaa, kau benar. Aku sangat merindukanmu..." katanya. Aku kaget sekaligus senang bukan main.
"Wahai kau bunga di tas ini" katanya tertawa.
"Kau ini! Garing sekali!" pekikku saat langkah kami sudah mulai menepak kedalam Mall.
"Lihat! Kau masih sama lucunya dengan pipi gembul yang merah itu"
Oh tidak, pipiku akan semakin merah dibilang seperti itu. Jujur, itu seperti pujian. Atau malah sebuah hinaan?
"Cukup, Galang Haikal!"
"Baik-baik. Mau makan di Solaria atau Barra di Cafe?"
Aku baru ingin mengatakan.....
"Oke. Biar aku tebak. Pasti Barra di Cafe!"
"Yeah kau benar." aku membenarkan.
Lucu juga ya saat keadaan sudah mencair begini. Pikirku.
Tiba-tiba perhatianku tertuju pada seorang Pria. Pria yang tadi jg kulihat di jalan. Hans. Untuk apa dia jauh-jauh ke Depok? Rumahnya kan di Pondok Indah. Kenapa dia gak ke Pondok Indah Mall? Merusak pemandangan saja.
Tapi tunggu. Ada apa dengannya? Terlihat kacau. Hanya mengaduk-aduk Frapucinno ala Starbucks yang dipesannya. Aku sedikit tertarik ada apa dengan Pria Slengeean seperti Hans?
"Hey, kok berhenti?" pekik Galang yang membuatku kaget.
"Ada apa dengan Pria itu? Kau mengenalnya?" lanjutnya dengan menunjuk Hans.
"Yeah, just friend" kataku tersenyum
"He's look terrible"
"Yeah, you're right" kataku setuju.
"Okay Nyonya Lily. Aku sudah sangat lapar. Ayo kita makan!" katanya manja sehingga membuatku tersenyum.
"Iya ayo" kataku lembut seperti seorang Ibu yang sedang menuruti kemauan anaknya.
Kami menyusuri dalam Mall. Menuju ke arah Bara di Cafe. Kami berjalan bersandingan. Kulirik ke arahnya. Ia sangat tinggi sekarang. Padahal tinggiku sudah hampir 170cm tanpa high heels. Kebetulan saat ini aku sedang mengenakan flat shoes, skinni jeans berwarna krem, tangtop merah yang dilapis cardigan putih. Rambutku kubiarkan tergerai. Kami berhenti didepan Bara di Cafe. Cukup aneh memang. Seharusnya kan kami langsung masuk.
"Ada apa lagi, Lily? Ayo masuk" kata Galang seperti Tuan Rumah
 "Tidak! Kenapa kau berhenti? Aku kan jadi ikut berhenti." kataku
 "Okay, okay." katanya sembari mencari tempat duduk.

Jumat, 24 Agustus 2012

Pinky Girl & Her Prince (1)

Kau kembali. Dan disinilah semua berawal.
Saat kau&aku saling bertatap. Saat aku memanggilmu dengan suara parau&gemetar. Aku takut. Bukan takut karena kau tak mengenaliku. Tapi aku takut kau melupakan semua kenangan yang pernah terjalin. Dan disinilah kita. Soekarno-hatta international airpot. Kudengar kepulanganmu dari negara yang kau impikan sejak dulu dari ibumu. Rusia. Hanya dengan bermodalkan beberapa test. Mulai dari tes Bahasa Inggris sampai tes dalam bidangmu; Arsitektur. Ibumu berkata padaku bahwa kau berubah. Di skype kau tampak lebih bahagia disana. Tubuhmu sekarang lebih tegap, lebih tampan. Kau tau style sekarang. Yaaa aku senang mendengarnya. Namun, begitu ibumu bilang kau memiliki wanita baru disana. Wanita berdarah Rusia asli yang tidak memiliki agama. Ibumu juga bilang bahwa beliau tidak setuju kau dengannya. Ibumu takut keimananmu kepada Allah SWT hilang hanya karena wanita. Terutama, wanita Rusia itu.

Lamunanku buyar ketika kau mendekat ke arahku. Darah didalam tubuhku mengalir deras. Terasa panas didalam diriku. Aku ingin teriak. Aku ingin berlari. Namun kau semakin dekat. Seperti yang dibilang ibumu. Kau berubah. Kau.......sangat tampan. Gayamu juga berbeda dari yang dulu. Dulu kau hanya mau memakai t-shirt berwarna gelap. Namun sekarang, kau berani memakai kemeja berwarna putih dengan garis hitam diseluruh permukaan kemeja itu. Kau berani memakai fantofel sekarang. Dulu kau hanya memakai sepatu keds. Wajahmu juga sekarang lebih mulus&bersih. Namun tetap ada wajah Indo disetiap garis diwajahmu. Aku rindu padamu......Galang. Oh tidak, dia semakin dekat hanya beberapa langkah lagi dan..........di berhenti tepat 10cm didepanku. Jantungku tak bisa berdegup normal. Cepat sekali, bahkan sampai sakit didada kiriku. Aku takbisa bayangkan sejelek apa wajahku sekarang.
"Kau...." dia memulai pembicaraan.
"Ya, aku...Ibumu sibuk dirumah, dan...dan aku dimintai tolong olehnya untuk menjemputmu" kataku ragu-ragu.
"Okay. No problem. So...naik apa kita?"
"Hmmm, aku bawa mobil. Mungkin gak sebagus mobil-mobil disana, tapi Honda Jazz lumayan juga untuk ukuranku" duh pembicaraan macam apa itu!
"Okay. Ladies first"  katanya sambil tersenyum. Manis sekali. Aku suka lesung pipit kirinya itu. Tapi....kenapa dia tidak memanggil namaku? Apa dia lupa? Atau dia tidak ingat kenangan kami dulu? Saat dia berjanji.....
"Hey, ayo jalan! Kok malah melamun?"
"Oh, iya!" senyumku mengembang. Dia pun tersenyum. Oh, betapa manisnya.
"Dimana kau parkir mobilmu? Bolehkah aku yang mengendarai?"
"Yaa, tentu saja"
"Great! Boleh kuminta kuncinya?"
"Nanti saja! Bagaimana mungkin aku mempercayaimu? Bagaimana kau Fake's Galang? Dan ingin mencuri mobil kesayanganku?" kataku saat suasana mulai mencair.
"Hahaha. Kau tidak berubah yaa.."
 What? Apa katanya? Aku tidak berubah? Itu berarti, dia masih mengingatku. Waaaaa, seperti ada bunga yang bermekaran dihatiku.
"Hah?!.. emm aku hanya tumbuh. Tidak akan berubah. Apalagi kita hanya 2,5 tahun tidak bertemu&berhubungan. Btw, itu mobilku!"
"Kau masih suka warna pink?" haaa, diapun masih ingat warna kesukaanku!
"Yap! Ternyata ingatanmu bagus juga" kataku mulai memberikan kunci mobil kepada Galang.
"Hanya 2,5 tahun aku disana. Mana mungkin aku lupa" katanya sambil membukakan pintu untukku.
Kutunggu dia masuk kemobil untuk merespon pertanyaannya.
"Hmm, ya yaaa. Bagaimana disana? S2 mu? lancar?" kataku sedikit berbasa-basi.
"Sangat lancar! Ada perusahaan disana yang menawariku, namun kufikir lebih baik aku cari kerja disini saja. Karena kudengar Agung Podomoro Group sedang membutuhkan Arsitek baru"
"Oh yaaa, okay" kataku kembali canggung mengingat dia sudah mempunyai kekasih disana.
"Bagaimana pekerjaanmu?"
"Baik, aku sudah menjadi PNS sekarang" kataku tersenyum.
"Kau masih di Badan POM?" katanya mulai menghidupkan mesin dan menarik rem tangan. Lalu melaju perlahan-lahan.
"Ya Alhamdulillah" kataku penuh rasa syukur.
"Bagus sekali! Bagaimana dengan bisnis Apotek keluargamu? By the way, kau belum menikah?"
Jleg....kenapa dia menanyakan hal ini? Jelas-jelas aku menunggunya.
"Masih kupegang beberapa cabang terdekat. Seperti di Bogor, Depok & Jakarta tentu saja. Hmm belum. Belum punya calon lebih tepatnya. Emm, pacarmu tidak kau ajak ikut kesini?"
"Ah, Victoria maksudmu? Tidak, aku tidak bersama lagi dengannya. Sehari sebelum aku flight dia memutuskanku. Dan jujur saja, aku senang. Karena, aku tidak serius dengannya" ceritanya.
Kok aku girang ya?
"Oh gitu...dia cantik bukan?"
"Ya tentu saja. Dia model. Model majalah pria dewasa"
What the.... Sejak kapan Galang menyukai wanita seperti itu?
"Itulah alasan aku senang putus dengannya. Haha" lanjutnya tertawa.
"Karena dia model majalah pria dewasa yang suka memamerkan bagian dada dan pahanya, begitu?" kataku ketus.
Jujur saja, aku cemburu. Sangat cemburu. Malah aku berfikir dia sudah tidak perjaka lagi. Yaaa kemungkinannya sangat besar. Karena aku tau pergaulan negara komunis itu.
"Kau marah padaku, Lily?" katanya membelokan mobil ke Tol Lingkar Dalam.
"Not at all" kataku datar.
Apa yang kudengar barusan? Dia memanggil namaku. Aku yakin sepenuhnya sekarang bahwa dia masih ingat semua kenangan kami. Kenangan SMP - kuliah dulu. Kami sudah bersama 8 tahun lamanya. Dan putus 2,5 tahun lalu. Tapi sebenarnya, tak sepenuhnya putus. Karena dia bilang "Silahkan kau menikah kalau kau bosan menungguku." Dan dia sudah melepas cincin pertunangan kami. Hanya satu yang masih kuragukan. Apakah dia masih mencintaiku?