Diary,

Kebahagiaan yang sederhana

7:08:00 PM Fajria Anindya Utami 0 Comments

Aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya.

Mungkin, memeluknya saat ia mengendarai motor adalah hal yang biasa. Tapi untuk hari ini, kebahagiaan yang menyelimuti hatiku seakan tak ternilai.
Lalu, meletakkan daguku di pundaknya, dan membiarkannya menyentuh hidung atau pipi atau juga bibirku dengan kelembutan jarinya merupakan hal yang biasa kurasakan.
Tapi kali ini, saat aku menemaninya melakukan hobinya, aku merasakan hal yang berbeda, aku menjadi semakin yakin sosoknya hanya untukku.

Saat ia datang dengan motor hijaunya, aku sempat ingin keluar dahulu dan berkata bahwa aku tak jadi ikut. Namun, otakku bekerja lebih cepat. Aku memikirkan "Seandainya kubiarkan dia pergi dengan teman-temannya, aku akan di diami begitu saja. Ya, lebih baik aku ikut. Aku bisa melihatnya menendang2 benda bulat yang sangat disukainya," fikirku.
Akhirnya aku menemaninya. Walaupun begitu sampai parkiran sempat ada percakapan yang membuatnya kaget.
"Aku pulang aja kaliya," kataku menerka-nerka.
"Loh, Sayang? Kenapa? Kok gitu?" tanyanya kaget.
"Aku takut bete. Aku juga takut di marahi Umi kalo pulang kesorean," jawabku menunduk dengan menatap kosong ke buku yang kubawa.
"Sebentar kok, jam 4 sore udah sampe rumah deh" katanya dengan seulas senyum dibibir tipisnya.
"Hmm, ya, okelah," kataku pada akhirnya.
Kami berjalan bersandingan seperti biasa. Saat berjalan dengan perjalanan yang cukup jauh, kakiku mulai lemas karena belum makan.
"Duh, kakiku kok lemes banget ya?" tanyaku.
"Lemes, Sayang? Mau aku gendong?" tanyanya menggoda.
"Hey, yang bener aja."
Kekasihku hanya tertawa. walaupun saat itu jalan amat sepi, tetap saja aku malu.

Saat hampir sampai gor, kami masih harus menaiki tanjakan yang tidak terlalu tinggi, tetapi membuatku sangat lemas. Saat itu juga Ia langsung menyambar tanganku, dan kubiarkan Ia menariknya sesuka hatinya.
Begitu sampai di gor, aku duduk dengan tak bertenaga. Ia juga duduk di sampingku sambil merayu dan memanjakanku seperti biasa. Menarik hidungku, mencubit pipiku bahkan meraup wajahku. Semua sudah biasa kurasakan walau sering ku mencelos berkata "Jangan pegang-pegang! Entar kalau aku jadi jerawatan gimana? Tangan kamu kan banyak kumannya," dan seperti biasa pula Ia hanya tertawa mendengarnya.
Huh, kekasihku. Ia memang selalu seperti itu. Meledek.
"Sayang, lemes banget ya?" katanya dengan setengah berdiri dan memanjakan dihadapanku dan teman-temannya.
"Iya nih aduh, kakiku ngilu disini, enggak tau kenapa," kataku bingung sambil menunjuk ke betis di kaki kiriku. 
Tanpa diminnta, Ia langsung duduk dan meletakan kakiku di atas pahanya. Kemudian Ia mulai memijat kakiku mulai dari lutut hingga betis. Aku hanya mengerang. Karena, jujur sekali. Kakiku benar-benar ngilu yang teramat sangat. Ia tertawa melihatku mengerang sambil menahan tawa. Aku menahan tawa karena juga geli. Ya, jujur saja, aku memang tipe orang yang mudah geli.

***

Sebelum bermain, seperti biasa, Ia meminta semangat padaku melalu sebuah high five dan Ia juga merangkul serta meremas sedikit pundak kurusku. Saat Ia mulai bermain dengan benda bulatnya, aku hanya memerhatikan sesekali dan membaca novel yang kubaca. Baru bermain beberpa menit, Ia menyudahinya karena suatu alasan. Aku mendengarkan curahan hatinya dengan seksama dengan Ia di samping kiriku. Kami dekat. Sangat\dekat.Pundak kami menyatu, dan aku mulai merebahkan kepala lelahku di pundaknya yang kokoh. Karena sadar itu tempat umum, aku menarik kembali kepalaku dan tetap mendengarkan curahan hatinya. Tak lama, kami pulang. Dengan masih sangat lelah aku berjalan sampai ketempat dimana motor kekasihku di parkirkan. Aku sangat lemas, hingga akhirnya Ia menyadari dan kembali menggandeng lembut tanganku. Aku sangat menyukai hal itu. Walau tak sering Ia menggandengnya, tapi aku sangat bahagia. Hanya 2-3x Ia menggandengku tapi menjadi sesuatu yang membuatku tersenyum sepanjang jalan. Aku merasa terlindungi dan dikasihi diperlakukan seperti itu. Walau sering aku merasakannya, tapi kali ini semakin paham arti dari sosok hadirnya yang hanya mencintaiku. Dan hanya untukku. Semoga.

0 comments:

Rabu, 12 Juni 2013

Kebahagiaan yang sederhana

Aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya.

Mungkin, memeluknya saat ia mengendarai motor adalah hal yang biasa. Tapi untuk hari ini, kebahagiaan yang menyelimuti hatiku seakan tak ternilai.
Lalu, meletakkan daguku di pundaknya, dan membiarkannya menyentuh hidung atau pipi atau juga bibirku dengan kelembutan jarinya merupakan hal yang biasa kurasakan.
Tapi kali ini, saat aku menemaninya melakukan hobinya, aku merasakan hal yang berbeda, aku menjadi semakin yakin sosoknya hanya untukku.

Saat ia datang dengan motor hijaunya, aku sempat ingin keluar dahulu dan berkata bahwa aku tak jadi ikut. Namun, otakku bekerja lebih cepat. Aku memikirkan "Seandainya kubiarkan dia pergi dengan teman-temannya, aku akan di diami begitu saja. Ya, lebih baik aku ikut. Aku bisa melihatnya menendang2 benda bulat yang sangat disukainya," fikirku.
Akhirnya aku menemaninya. Walaupun begitu sampai parkiran sempat ada percakapan yang membuatnya kaget.
"Aku pulang aja kaliya," kataku menerka-nerka.
"Loh, Sayang? Kenapa? Kok gitu?" tanyanya kaget.
"Aku takut bete. Aku juga takut di marahi Umi kalo pulang kesorean," jawabku menunduk dengan menatap kosong ke buku yang kubawa.
"Sebentar kok, jam 4 sore udah sampe rumah deh" katanya dengan seulas senyum dibibir tipisnya.
"Hmm, ya, okelah," kataku pada akhirnya.
Kami berjalan bersandingan seperti biasa. Saat berjalan dengan perjalanan yang cukup jauh, kakiku mulai lemas karena belum makan.
"Duh, kakiku kok lemes banget ya?" tanyaku.
"Lemes, Sayang? Mau aku gendong?" tanyanya menggoda.
"Hey, yang bener aja."
Kekasihku hanya tertawa. walaupun saat itu jalan amat sepi, tetap saja aku malu.

Saat hampir sampai gor, kami masih harus menaiki tanjakan yang tidak terlalu tinggi, tetapi membuatku sangat lemas. Saat itu juga Ia langsung menyambar tanganku, dan kubiarkan Ia menariknya sesuka hatinya.
Begitu sampai di gor, aku duduk dengan tak bertenaga. Ia juga duduk di sampingku sambil merayu dan memanjakanku seperti biasa. Menarik hidungku, mencubit pipiku bahkan meraup wajahku. Semua sudah biasa kurasakan walau sering ku mencelos berkata "Jangan pegang-pegang! Entar kalau aku jadi jerawatan gimana? Tangan kamu kan banyak kumannya," dan seperti biasa pula Ia hanya tertawa mendengarnya.
Huh, kekasihku. Ia memang selalu seperti itu. Meledek.
"Sayang, lemes banget ya?" katanya dengan setengah berdiri dan memanjakan dihadapanku dan teman-temannya.
"Iya nih aduh, kakiku ngilu disini, enggak tau kenapa," kataku bingung sambil menunjuk ke betis di kaki kiriku. 
Tanpa diminnta, Ia langsung duduk dan meletakan kakiku di atas pahanya. Kemudian Ia mulai memijat kakiku mulai dari lutut hingga betis. Aku hanya mengerang. Karena, jujur sekali. Kakiku benar-benar ngilu yang teramat sangat. Ia tertawa melihatku mengerang sambil menahan tawa. Aku menahan tawa karena juga geli. Ya, jujur saja, aku memang tipe orang yang mudah geli.

***

Sebelum bermain, seperti biasa, Ia meminta semangat padaku melalu sebuah high five dan Ia juga merangkul serta meremas sedikit pundak kurusku. Saat Ia mulai bermain dengan benda bulatnya, aku hanya memerhatikan sesekali dan membaca novel yang kubaca. Baru bermain beberpa menit, Ia menyudahinya karena suatu alasan. Aku mendengarkan curahan hatinya dengan seksama dengan Ia di samping kiriku. Kami dekat. Sangat\dekat.Pundak kami menyatu, dan aku mulai merebahkan kepala lelahku di pundaknya yang kokoh. Karena sadar itu tempat umum, aku menarik kembali kepalaku dan tetap mendengarkan curahan hatinya. Tak lama, kami pulang. Dengan masih sangat lelah aku berjalan sampai ketempat dimana motor kekasihku di parkirkan. Aku sangat lemas, hingga akhirnya Ia menyadari dan kembali menggandeng lembut tanganku. Aku sangat menyukai hal itu. Walau tak sering Ia menggandengnya, tapi aku sangat bahagia. Hanya 2-3x Ia menggandengku tapi menjadi sesuatu yang membuatku tersenyum sepanjang jalan. Aku merasa terlindungi dan dikasihi diperlakukan seperti itu. Walau sering aku merasakannya, tapi kali ini semakin paham arti dari sosok hadirnya yang hanya mencintaiku. Dan hanya untukku. Semoga.