Cerpen
Prom Night (Cerpen part of With Past)
“Mereka bilang kita punya semangat pesta yang sama; sang sanguinis yang ingin dianggap, sang sanguinis yang ingin dilihat. Semangat pesta untuk menunjukkan kebolehanmu, kebolehanku yang akhirnya menjadi kebolehan kita”
Satu
minggu sudah berlalu, acara prom night akan dimulai malam ini. Sejak chat
terakhir itu, Galang mendiamkan chat dari Gina. Sebetulnya, Gina ragu untuk
datang ke acara prom night malam ini. Namun, ia harus hadir karena beredar
kabar bagi nama-nama yang lolos ke perguruan tinggi negeri akan dibagikan
piagam. Selain itu, acara ini adalah acara yang sudah banyak para siswa-siswi
tunggu! Jadi ratu atau raja semalam adalah goal para siswa-siswi.
Tak
ingin larut dalam kesedihan karena Galang menjadi semakin menjengkelkan, Gina
pun beberapa hari sebelumnya langsung pergi bersama Yola ke boutique, me-time
di salon dan nyushi di Ichiban.
Tapi,
tetap saja hatinya terasa hampa. Ia sudah sangat merindukan Galang tapi Galang
sama sekali tak ada itikad baik untuk menghubunginya.
Dan
kini, ia sedang memandangi pantulan dirinya di depan cermin. Dengan gaun
panjang berwarna pink pastel berenda tersampir di bahu yang sangat melekukkan
tubuh semampainya. Di tambah hair do dari sang kakak yang menunjukkan leher
jenjang Gina serta make up natural yang membuat penampilannya kian menawan.
Namun,
tetap saja penampilannya akan sia-sia apabila tidak ada seseorang untuk ia
gandeng. Meski banyak yang ingin pergi bersama Gina, entah kenapa ia dan
hatinya hanya ingin Galang seorang meski sebetulnya ia masih gondok setengah
mati.
Bunyi
klakson mobil tiba-tiba memekik di luar rumah Gina. Yola kah? Tapi, Gina belum
memberi aba-aba untuk Yola datang ke rumahnya. Gina pun melongok ke jendela dan
betapa terkejutnya ia saat melihat mobil Galang sudah bertengger cantik di
depan gerbang rumahnya!
Masih
dalam suasana terkejut, tiba-tiba Galang keluar dari mobilnya sudah rapi dengan
suite and tie yang sangat pas untuk Galang!
Oh my God, jantung Gina hampir
mencelos keluar ketika melihat betapa tampannya Galang hari ini! Dengan setelan
suite and tie berwarna hitam, Galang
keluar mobil sambil membuka jas yang ia kenakan dan ia sampirkan di lengannya.
Tubuh
Galang yang atletis pun terbentuk dengan indah dalam balutan klasik yang eye catching! Bagaimana Gina tak takut
kehilangan makhluk seperti ini?? Galang pun langsung memencet bel rumah Gina
hingga membuat Mbak Opi yang bekerja di rumah Gina membukanya serta
mempersilakan Galang untuk masuk.
“Gina nya udah berangkat belum, Mbak?” sayup-sayup suara Galang terdengar saat berbicara dengan Mbak Opi.
Gina
yang memperhatikan Galang sedaritadi dari jendela kamarnya yang mengarah
langsung ke halaman rumah pun akhirnya langsung disadari Galang. Galang melirik
Gina sepintas dengan senyum yang mengembang. Buru-buru Gina menghampirkan
gordyn kamarnya.
Ternyata dia udah siap.
Kata Galang dalam hati.
“Yuk masuk, Mas Galang. Mbak Gina lagi siap-siap kayaknya.” Kata Mbak Opi.
Galang
pun memasuki rumah yang sudah biasa ia kunjungi. Pada sore hari ini suasana
rumah Gina tampak sepi. Wajar lah, orang tua Gina sibuk bekerja dan kakaknya
Gina, Kak Juni, biasanya tak di rumah, namun entah untuk hari ini.
Dengan
ragu Gina keluar kamar dan mendapati Galang sudah duduk di sofa dan ada Mbak
Opi yang sudah menyiapkan minum untuknya. Meski manyun, Gina pun langsung duduk
di dekat Galang.
“Ada yang benci aku, katanya.” Kata Galang membuka suara saat Gina hendak duduk.
Gina
hanya terus memainkan jari dan kukunya.
“Hey, ada yang benci aku, nih?” kata Galang lagi sambil melongok menatap Gina.
Yang
ditatap pun hanya membuang muka mencoba sok cuek, padahal dalam hati ia sudah
rindu setengah mati!
Dengan
lembut, Galang meraih tangan Gina. Mengusapnya pelan dan tersenyum menatap Gina
yang sedaritadi terus membuang muka.
“Gin, aku nya kan disini. Kok ngeliatnya ke arah itu terus?” ujar Galang.
Air
mata sudah mengembung tertahan di kelopak mata Gina. Namun, kalau ia menangis, make up nya bisa hancur! Dengan
keberanian yang Gina coba keluarkan, ia pun memberanikan diri menatap Galang.
Dan…
sedetik kemudian…..
“Huaaaaaaaaa! Galang kamu rese!!!!!!!!! Aku kan kangen udah hampir sebulan gak ketemu kamu! Main mulu sama temen! Getol banget update sosmed tapi ngehubungin aku gak bisa!!!!!!” kata Gina meraung-raung yang tak bisa ia tahan lagi.
Galang
yang melihatnya pun langsung panik menyambar tisu di meja ruang tamu Gina dan
memberikan tisu itu kepada Gina.
“Heeee orang! Udah cantik juga. Make-up nya luntur deh!” pekik Galang.
“Abis kamu nyebelin!!!!” kata Gina lagi memukul-mukul tangan Galang.
Galang
pun berpindah posisi lebih dekat dengan Gina lalu mulai mengelus-elus punggung
Gina yang terbuka.
“Hehe, maaf ya, Sayang, aku sengaja ngediemin kamu. Abis kamu marah-marah mulu, aku males ngeladeninnya. Dari pada makin panjang, mending gak aku bales kan.” kata Galang menjelaskan.
“Tapi nyebelin!” kata Gina mulai tenang mencubiti tangan Galang.
“Ih, sakit tau dicubit-cubit!” kata Galang menahan tangan Gina.
“Aku mau peluk, Lang…. tapi nanti rambut aku rusak.” Kata Gina mulai manja.
“Iya, sini. Aku hati-hati deh biar rambut kamu gak rusak.” Kata Galang membuka diri agar Gina memeluknya.
“Ehm!” tiba-tiba suara dehaman membuat Gina urung memeluk Galang.
“Hasil karya gue itu! Awas aja kalo rusak kaga gua benerin lagi lu, Gin.” Pekik Kak Juni dari dalam rumah.
“Ada Juni?” tanya Galang kaget.
“Kak Juni!” kata Gina mekankan kata ‘Kak’ karena Galang gak sopannya mulai keluar. “Iya doi lagi di rumah seharian. Ini rambut aku yang anuin dia.” Lanjut Gina lagi.
“Pfft.. anuin. Yang, kamu kalo ngomong jangan ambigu.” Ledek Galang.
“Ih maksud aku yang hair do-in rambut aku, Kak Juni.” Ulang Gina.
“Iya iya ngerti.” Kata Galang paham.
“Mau jalan kapan?” tanya Gina.
“Yakin mau jalan sekarang? Kamu gak mau ngaca dulu, gitu?” tanya Galang kembali.
Gina
pun langsug buru-buru masuk kamar karena paham maksud Galang. Ia baru saja
menangis dan pasti make up nya hancur total! Astaga……. Benar saja. Saat Gina
melihat pantulan dirinya di cermin, mascara nya hancur total hingga membuat
Gina harus pelan-pelan merapihkannya.
“Galang ih, kok, kamu gak bilang-bilang muka aku ancur begini???” teriak Gina dari dalam kamar yang tak ia sadari Galang sudah memperhatikan Gina dari pintu kamar.
“Mau make-up kamu ancur kayak apa juga, Gin, orang kalo udah cinta mah cinta aja.” Kata Galang hingga membuat Gina tersipu.
“Ih rese! Sana keluar! Malu aku ah.” Kata Gina mendorong Galang keluar dari kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat.
“Aku rapihin dandanan dulu trus nanti kita langsung jalan ya.” Kata Gina bersandar di balik pintu kamarnya dengan hati yang berbunga-bunga. Galang benar-benar pria idamannya!
“Oke. Aku tunggu di ruang tamu ya, Gin. Harus cepet loh.” Timpal Galang.
Dengan
sigap, Gina langsung membenahi make-up nya. Dalam hitungan menit, make-up Gina
pun sudah rapih total. Ia pun langsung menyambar high heels silver miliknya
besert clutch silver dari dalam lemarinya. Dengan anggun, Gina melangkah keluar
kamar dan menuju ke ruang tamu.
Galang
pun terkesima dengan aura anggun yang Gina keluarkan. Dengan bangga, Galang
langsung berdiri dan menawarkan lengan kokohnya untuk digamit oleh Gina. Gina
tertawa kecil melihat Galang berlaga seperti pangeran dari negeri dongeng. Gina
pun menggamit lengan Galang sambil berjalan keluar rumah bak seorang putri
kerajaan.
“Kak Juni, aku jalan ya.” Teriak Gina kepada kakaknya.
“Yooo, hati-hati, Lang.” balas Kak Juni sambil meminta Galang untuk berhati-hati.
Tunggu… ada yang berbeda. Cara
Galang melihat Gina sedikit berbeda. Ada apa ini? Ah, paling hanya karena
mereka habis bertengkar. Pikir Kak Juni.
***
Sepanjang
perjalanan, Galang membiarkan Gina menyetel musik kesukaannya. Gina terus
berdendang ceria karena suasana hatinya sudah amat membaik berkat Galang yang
menjemputnya.
Eh,
tunggu! Gina lupa sesuatu…. Ah, Yola! Ia belum memberitahu Yola bahwa ia pergi ke
prom night malam ini bersama Galang!
Di
saat yang bersamaan, ponsel Gina pun berdering tanda telepon masuk. Yola
meneleponnya!
“Hal…”
“Heh, Nenek Lampir! Gak bilang-bilang berangkat sama Galang. Gue tadi ke rumah lu dan kata Kak Juni lu udah jalan sama Galang! Dasar lu ya giliran udah baikan temen dilupain!” kata Yola diseberang telepon langsung mencak-mencak.
“Yola sayangku maaf!! Lupa banget soalnya tadi pas Galang dateng, gue nangis trus benerin make-up deh. Maaf sayang!” kata Gina meminta maaf.
“HHHH… Iya iya. Syukur deh kalo lu sama Galang udah baik-baik aja. Jangan uring-uringan lagi, oke?” pinta Yola.
“Oke!”
“Dah, ya, ketemu disana.” Kata Yola yang langsung menutup teleponnya.
“Di omelin Yola kamu ya?” kata Galang terkikik.
“Iya… gara-gara lupa bilang berangkat sama kamu, padahal tadinya aku mau berangkat sama dia.” Jawab Gina sambil meletakkan ponselnya kembali ke dalam clutch.
Galang
dan Gina mendadak diam pekat. Hanya alunan High Hopes dari Kodaline yang
mengisi aura di dalam mobil. Gina pun hanya memandang keluar jendela.
Selang
beberapa lama kemudian, mereka pun sampai di Hotel Carlton, tempat prom night
diadakan oleh penyelenggara sekolah. Usai meminta valet untuk memarkirkan mobil
Mercedes Benz milik ayah Galang, ia dengan Gina pun memasuki hotel dan langsung
menuju ke hall di lantai tiga.
Setibanya
di hall, suasana hiruk pikuk pesta langsung menyambut mereka. Lagu-lagu masa
kini bermain hingga menghidupkan suasana. Terlihat DJ Riri sedang bersiap-siap
untuk acara puncak nanti. Teman-teman Galang dan Gina pun langsung menyambut
riuh mereka.
“Duh, udah baikan nih ceritanya? Jangan galau mulu, Gin, kalo ditinggal Galang main. Entar kehilangan Galang beneran loh.” Kata Mona yang hanya dibalas senyuman dari Gina.
“Eh foto di photobooth gih kalian! Pasangan ter-serasi tahun ini!” kata Vivi sok hebring.
“Iya iya gampang, nanti aja.” Timpal Galang.
“Foto sekarang aja yuk, Lang, entar keburu rame.” Ajak Gina yang dituruti oleh Galang.
Acara
demi acara pun dimulai sampai tak terasa sudah diujung acara dan terkesiaplah
Gina dan Galang saat mereka ditunjuk sebagai The Queen and The King of Prom
Night 2013. Orang-orang sudah tak meragukan hal itu lagi mengingat mereka
memang pantas mendapatkannya.
Usai
acara jam setengah dua belas malam, tiba-tiba Galang menarik Gina ke dalam lift
dan mereka menuju ke lantai lima. Meski kebingungan, Gina terus mengiringi
langkahnya dengan Galang hingga tiba di depan kamar bernomor 520.
“Kita istirahat disini ya, Gin, malam ini.” kata Galang sambil menarik tangan Gina memasuki Sweet VIP Room.
Jantung
Gina berdetak tak karuan. Hampir mencelos. Bagaimana bisa Galang sudah men-check in kamar ini tanpa persetujuan
darinya? Gina pikir ia akan langsung dibawa pulang oleh Galang atau mungkin
akan diajak ke restoran mewah dulu. Namun, diluar dugaan, Galang malah membawa
Gina ke kamar yang…. Lebih cocok untuk pasangan pengantin baru.
Perasaan
Gina mulai tak enak.
“Lang, aku mau pulang.” Kata Gina tegas melepaskan genggaman Galang. Namun Galang malah semakin menggenggamnya lebih kuat lagi.
“Lang, plis, aku emang sayang sama kamu, tapi kita gak harus kayak gini sebelum waktunya!” kata Gina mencoba memberi pengertian.
Ia
sadar mereka sudah delapan belas tahun. Sudah mulai ada rasa penasaran akan
hal-hal seperti ini dan menganggap diri mereka sudah mulai dewasa. Tapi…. bukan
seperti ini caranya.
“Aku gak akan ngapa-ngapain kamu, Gin. Kita cuma istirahat. Aku berani jamin keamanan kamu.” Kata Galang menatap Gina lekat-lekat.
“Enggak, Lang. Kalo setan lewat, hal yang gak diinginkan bisa aja terjadi. Kamu tidur aja disini malam ini, ya. Aku mau pulang.” Kata Gina melepas genggaman Galang dengan perlahan.
Tak
terduga, Galang langsung memeluknya dari belakang.
“Tadi kamu bilang kita udah hampir satu bulan gak ketemu, kan? Kamu bilang, kamu kangen aku, kan? Aku juga sama, Gin. Aku mau ngabisin waktu lebih banyak lagi sama kamu.” Kata Galang berbisik ditelinga Gina.
“Iya aku ngerti. Tapi kan masih ada besok-besok, Lang.” timpal Gina mengusap lembut tangan Galang yang melingkar di lehernya dan sesekali mengecup pipi Galang.
Besok-besok?
Entah kenapa Gina meragukan kalimat itu. Galang pun melepas pelukannya.
“Yaudah, yuk. Aku antar kamu pulang.” Kata Galang.
Akhirnya,
Gina pun pulang diantar Galang. Tak butuh waktu lama, mereka sudah sampai di
depan rumah Gina. Gina pun hendak turun dari mobil Galang, namun sebelumnya ia
mendekatkan wajahnya hendak mencium pipi Galang.
Namun…….
Galang
menjauh.
Gina
dapat merasakan ada benteng yang berusaha Galang bangun. Mungkinkah Galang
marah padanya karena ia menolak untuk ‘istirahat’ dengannya di kamar hotel? Ah,
gak mungkin.
Dengan
ragu, Gina pamit dan keluar dari mobil Galang. Galang pun memutar balik
mobilnya dan langsung menancap gas dengan kekuatan penuh seakan-akan ia sedang
kesal terhadap sesuatu.
Lang…….. kenapa?
***
Hula!!! Kembali lagi dengan salah satu BAB di buku yang saya buat dengan judul With Past. Sudah ada di Wattpad
Tapi belum completed alias masih on going! HEHEHE
Semoga suka ya! Lots of love!
0 comments: