Senda gurau

8:13:00 AM Fajria Anindya Utami 0 Comments



Aku jadi merasa bodoh sudah jatuh cinta terhadap seseorang yang bahkan aku tak tau apa arti dari bentuk perhatiannya selama ini.

Apa semua ini hanya senda gurau? Apa semua ini hanya permainan? Atau hanya aku yang terlalu serius menanggapi?

Semua perlakuan khususmu? Semua hal yang bahkan kau lakukan untukku, apa itu hanya bercandaanmu saja?

Aku selalu bertanya-tanya, tak adakah rindumu untukku disana? Aku disini selalu menunggumu sendirian. Aku disini selalu mengkhawatirkan kabarmu sendirian.

Miris ya? Setelah luka yang mereka torehkan, aku mencoba untuk memberanikan diri agar tak takut jatuh cinta lagi. Tapi semua perlakuanmu malah membuatku meratap sepi.

Sekarang bagaimana aku sanggup menjalani hari-hari kalau rindunya sudah banyak begini? Sekarang bagaimana aku sanggup membaca tulisan ini kalau dipikiranku hanyalah sosok yang bahkan aku tak tau bagaimana perasaanya terhadapku?

Aku hanya bisa mendongak ke langit. Merasakan setetes airmata yang akhirnya tak kuasa kubendung lagi.

Kau disana. Lagi-lagi kau hanya diam memperhatikanku. Tak kau lihatkah aku mulai terluka? Tak lihatkah kau aku mulai mencintaimu sebegitu dalam?

Tolong lakukan sesuatu! Jangan hanya diam disana! Beri aku kepastian! Beri aku kejelasan! Beri aku kekuatan kalau memang kau tak pernah merasakan hal yang sama kepadaku!

Atau selama ini kau hanya mencari-cari sensasi? Melihat ada perempuan terluka dan meratap sepi sepertiku agar dapat kau permainkan sesuka hati?

Terlihat kejam dan berlebihan memang. Tapi bagaimana kalau itu benar? Bagaimana kalau memang aku jatuh cinta sendirian sementara kau tak merasakan apapun disana?

Apa?? Lagi? Aku jatuh cinta sendirian lagi???

Kau tak tau betapa pedihnya hal itu! Kau tenggelam ke dalam arus yang kau buat sendiri. Awalnya kau tak takut karena kau rasa, dia –seseorang yang kau cintai- ada bersamamu. Pada nyatanya kau akan tenggelam sendirian ke dalam lautan tak berdasar, ke dalam lubang hitam yang entah kemana akan membawa hati dan jiwamu.

Kau tau kan aku ini wanita? Kau tau kan hatiku sangat mudah terluka setelah semua hal yang terjadi padaku?

Aku pernah jatuh sedemikian dalam. Aku pernah terluka sedemikian perih. Sampai aku lupa apa yang terjadi pada hatiku. Sampai aku lupa kalau aku pernah sebahagia dulu.

Terlalu banyak kenangan pahit. Terlalu banyak luka. Terlalu banyak trauma untuk dapat kuobati sendiri. Aku butuh seorang penyembuh. Aku membutuhkannya untuk bisa membuatku kembali bahagia bahwa aku pantas dicintai. Tapi… kau kah itu?

Tidak. Bukan. Kurasa itu bukan kau.

Aku ingin merasakan bentuk emosi lagi. Aku ingin merasakan hangatnya dicintai lagi.

Tapi… sudahlah. Sekarang aku mulai mengerti. Apakah ini ganjaran atas kejahatanku di masa lalu?

Aku pernah melukai seseorang. Aku pernah bertindak jahat. Aku pernah bertindak sesuka hati.

Aku hampir tak menganggapnya ada. Aku hanya menjadikannya selingan dikala bosan datang. Tapi, toh, orang itu berkata dia tetap bahagia bersamaku. Katanya, “Lebih baik mendapatkan hatimu separuh daripada tidak sama sekali.”

Apakah itu yang sedang kualami? Apakah aku hanya memiliki separuh hatimu saja? Tidak kan? Aku benar-benar berharap jawabannya adalah tidak.

Aku ingin mencintaimu dengan keegoisanku. Aku ingin dicintai olehmu sebagaimana obsesimu atas semua mimpi-mimpimu.

Ya, aku ingin menjadi salah satu mimpi yang sedang kau perjuangkan.

Tapi... tidak deh.

Sekarang aku tak sanggup berada di dekatmu kalau yang kau lakukan kepadaku hanyalah tindakan palsu.

Sudahlah, mari kita akhiri semua ini.

0 comments:

A Story of Schizophrenia

11:55:00 AM Fajria Anindya Utami 0 Comments


Last semester when I was 19, I was on my third semester at campus.

The story began in the beginning of campus life. My parents divorced and I broke up with my first boyfriend whose we’ve been together for 5 years and almost 7months.

I don’t feel anything when it happened. It just happened. So, yeah, I’ve tried my best to accept it. Until I tried to open up my heart and accept someone to be a part of my life. To replaced my first boyfriend. To fixed up my heart. But, the thing is… I don’t know that the ultimate problem starts right there. 

No. I don’t blame him. I blame me. I blame myself for being so such annoying and reckless.

I’m happy with him, I admit. We’ve been always laughing. We’ve been always lovey-dovey. We’ve been always together.

Until one day, suddenly when I’m with him, my hearts are suck. It feels like there’s something big inside it and I have to take it off but I don’t know what was that.

I cried. Just like a baby. Just like a depression girl he ever seen.

It’s so ashamed but I’ve tried to be my-own-self. And I think, he hates me now. He broke us. He broke me. He broke my heart into pieces until I lost the real best of me.

He was tried to change me. He never cares. He never been the one who cares. He always did what he wants. And he never think a bit of my feelings.

He left me alone with my loneliness. He left me when I need someone to talk to. He left me when I need someone who can embrace me tight.

I thought he was the best. But absolutely he’s the worst. He always been like this. He does. He is. He always be the one who broke my heart into pieces.

But, it’s okay we’re not going to talk about him. I’m going to talk about my Schizophrenia after we’re break up.

No, I’m not proud of myself being one of someone who diagnosed by Schizophrenia. It’s shameful. I have to admit it. I’m afraid I’d be labeled as a freak one while I knew I have capability to be a great one.

I’m afraid someone will think that I’m such a freak. I’m afraid there’s no one who can accept as who I am. I’m afraid I’d be left by someone that I love anymore.

It’s hurting. It hurts to know that the one that you love with full of your heart is loving you just not as much as you do.

So, always prepare for the worse. And never trust someone clearly and completely.

Schizophrenia is suck. Really. I can’t appeal my emotion.

I can’t express everything. I can’t talk. I can’t cry. I can’t smile. I can’t laugh. Nor being a sympathy one. I’m suck a jerk, I think.

I can’t listen to the music. I can’t watch movie. I can’t do anything.

I was hating myself for being so freak.

It’s suck. Schizophrenia is really suck.

Ah, I don’t want to feel that way anymore!

My imaginary world always trapped me. I can’t talk to someone. I can’t study. I always trapped on my own mind. I feel it for almost 6months.

It really bothers me. It bothers my life.

I was a co-head committee in my campus and I have to let it go. I’m so disappointed with myself. I also make everyone disappointed with me. I hate it. I hate it more than I hate to have a low grade.

But the point is… I’m okay now. I already came back as one of committee at campus! Yey!

As you see. I’m happier than I ever be😃

And I declare myself that I’m perfectly recovery!!!😋

(Even tho I knew that Schizophrenia is one of difficult case which someday it can bothers me again, but I will try my best to not)

Be grateful with what you have now and always spread happiness! 😉

0 comments:

Kamis, 11 Mei 2017

Senda gurau



Aku jadi merasa bodoh sudah jatuh cinta terhadap seseorang yang bahkan aku tak tau apa arti dari bentuk perhatiannya selama ini.

Apa semua ini hanya senda gurau? Apa semua ini hanya permainan? Atau hanya aku yang terlalu serius menanggapi?

Semua perlakuan khususmu? Semua hal yang bahkan kau lakukan untukku, apa itu hanya bercandaanmu saja?

Aku selalu bertanya-tanya, tak adakah rindumu untukku disana? Aku disini selalu menunggumu sendirian. Aku disini selalu mengkhawatirkan kabarmu sendirian.

Miris ya? Setelah luka yang mereka torehkan, aku mencoba untuk memberanikan diri agar tak takut jatuh cinta lagi. Tapi semua perlakuanmu malah membuatku meratap sepi.

Sekarang bagaimana aku sanggup menjalani hari-hari kalau rindunya sudah banyak begini? Sekarang bagaimana aku sanggup membaca tulisan ini kalau dipikiranku hanyalah sosok yang bahkan aku tak tau bagaimana perasaanya terhadapku?

Aku hanya bisa mendongak ke langit. Merasakan setetes airmata yang akhirnya tak kuasa kubendung lagi.

Kau disana. Lagi-lagi kau hanya diam memperhatikanku. Tak kau lihatkah aku mulai terluka? Tak lihatkah kau aku mulai mencintaimu sebegitu dalam?

Tolong lakukan sesuatu! Jangan hanya diam disana! Beri aku kepastian! Beri aku kejelasan! Beri aku kekuatan kalau memang kau tak pernah merasakan hal yang sama kepadaku!

Atau selama ini kau hanya mencari-cari sensasi? Melihat ada perempuan terluka dan meratap sepi sepertiku agar dapat kau permainkan sesuka hati?

Terlihat kejam dan berlebihan memang. Tapi bagaimana kalau itu benar? Bagaimana kalau memang aku jatuh cinta sendirian sementara kau tak merasakan apapun disana?

Apa?? Lagi? Aku jatuh cinta sendirian lagi???

Kau tak tau betapa pedihnya hal itu! Kau tenggelam ke dalam arus yang kau buat sendiri. Awalnya kau tak takut karena kau rasa, dia –seseorang yang kau cintai- ada bersamamu. Pada nyatanya kau akan tenggelam sendirian ke dalam lautan tak berdasar, ke dalam lubang hitam yang entah kemana akan membawa hati dan jiwamu.

Kau tau kan aku ini wanita? Kau tau kan hatiku sangat mudah terluka setelah semua hal yang terjadi padaku?

Aku pernah jatuh sedemikian dalam. Aku pernah terluka sedemikian perih. Sampai aku lupa apa yang terjadi pada hatiku. Sampai aku lupa kalau aku pernah sebahagia dulu.

Terlalu banyak kenangan pahit. Terlalu banyak luka. Terlalu banyak trauma untuk dapat kuobati sendiri. Aku butuh seorang penyembuh. Aku membutuhkannya untuk bisa membuatku kembali bahagia bahwa aku pantas dicintai. Tapi… kau kah itu?

Tidak. Bukan. Kurasa itu bukan kau.

Aku ingin merasakan bentuk emosi lagi. Aku ingin merasakan hangatnya dicintai lagi.

Tapi… sudahlah. Sekarang aku mulai mengerti. Apakah ini ganjaran atas kejahatanku di masa lalu?

Aku pernah melukai seseorang. Aku pernah bertindak jahat. Aku pernah bertindak sesuka hati.

Aku hampir tak menganggapnya ada. Aku hanya menjadikannya selingan dikala bosan datang. Tapi, toh, orang itu berkata dia tetap bahagia bersamaku. Katanya, “Lebih baik mendapatkan hatimu separuh daripada tidak sama sekali.”

Apakah itu yang sedang kualami? Apakah aku hanya memiliki separuh hatimu saja? Tidak kan? Aku benar-benar berharap jawabannya adalah tidak.

Aku ingin mencintaimu dengan keegoisanku. Aku ingin dicintai olehmu sebagaimana obsesimu atas semua mimpi-mimpimu.

Ya, aku ingin menjadi salah satu mimpi yang sedang kau perjuangkan.

Tapi... tidak deh.

Sekarang aku tak sanggup berada di dekatmu kalau yang kau lakukan kepadaku hanyalah tindakan palsu.

Sudahlah, mari kita akhiri semua ini.

Rabu, 03 Mei 2017

A Story of Schizophrenia


Last semester when I was 19, I was on my third semester at campus.

The story began in the beginning of campus life. My parents divorced and I broke up with my first boyfriend whose we’ve been together for 5 years and almost 7months.

I don’t feel anything when it happened. It just happened. So, yeah, I’ve tried my best to accept it. Until I tried to open up my heart and accept someone to be a part of my life. To replaced my first boyfriend. To fixed up my heart. But, the thing is… I don’t know that the ultimate problem starts right there. 

No. I don’t blame him. I blame me. I blame myself for being so such annoying and reckless.

I’m happy with him, I admit. We’ve been always laughing. We’ve been always lovey-dovey. We’ve been always together.

Until one day, suddenly when I’m with him, my hearts are suck. It feels like there’s something big inside it and I have to take it off but I don’t know what was that.

I cried. Just like a baby. Just like a depression girl he ever seen.

It’s so ashamed but I’ve tried to be my-own-self. And I think, he hates me now. He broke us. He broke me. He broke my heart into pieces until I lost the real best of me.

He was tried to change me. He never cares. He never been the one who cares. He always did what he wants. And he never think a bit of my feelings.

He left me alone with my loneliness. He left me when I need someone to talk to. He left me when I need someone who can embrace me tight.

I thought he was the best. But absolutely he’s the worst. He always been like this. He does. He is. He always be the one who broke my heart into pieces.

But, it’s okay we’re not going to talk about him. I’m going to talk about my Schizophrenia after we’re break up.

No, I’m not proud of myself being one of someone who diagnosed by Schizophrenia. It’s shameful. I have to admit it. I’m afraid I’d be labeled as a freak one while I knew I have capability to be a great one.

I’m afraid someone will think that I’m such a freak. I’m afraid there’s no one who can accept as who I am. I’m afraid I’d be left by someone that I love anymore.

It’s hurting. It hurts to know that the one that you love with full of your heart is loving you just not as much as you do.

So, always prepare for the worse. And never trust someone clearly and completely.

Schizophrenia is suck. Really. I can’t appeal my emotion.

I can’t express everything. I can’t talk. I can’t cry. I can’t smile. I can’t laugh. Nor being a sympathy one. I’m suck a jerk, I think.

I can’t listen to the music. I can’t watch movie. I can’t do anything.

I was hating myself for being so freak.

It’s suck. Schizophrenia is really suck.

Ah, I don’t want to feel that way anymore!

My imaginary world always trapped me. I can’t talk to someone. I can’t study. I always trapped on my own mind. I feel it for almost 6months.

It really bothers me. It bothers my life.

I was a co-head committee in my campus and I have to let it go. I’m so disappointed with myself. I also make everyone disappointed with me. I hate it. I hate it more than I hate to have a low grade.

But the point is… I’m okay now. I already came back as one of committee at campus! Yey!

As you see. I’m happier than I ever be😃

And I declare myself that I’m perfectly recovery!!!😋

(Even tho I knew that Schizophrenia is one of difficult case which someday it can bothers me again, but I will try my best to not)

Be grateful with what you have now and always spread happiness! 😉