Cerpen

Prom Night (Cerpen part of With Past)

4:45:00 PM Fajria Anindya Utami 0 Comments



“Mereka bilang kita punya semangat pesta yang sama; sang sanguinis yang ingin dianggap, sang sanguinis yang ingin dilihat. Semangat pesta untuk menunjukkan kebolehanmu, kebolehanku yang akhirnya menjadi kebolehan kita”


Satu minggu sudah berlalu, acara prom night akan dimulai malam ini. Sejak chat terakhir itu, Galang mendiamkan chat dari Gina. Sebetulnya, Gina ragu untuk datang ke acara prom night malam ini. Namun, ia harus hadir karena beredar kabar bagi nama-nama yang lolos ke perguruan tinggi negeri akan dibagikan piagam. Selain itu, acara ini adalah acara yang sudah banyak para siswa-siswi tunggu! Jadi ratu atau raja semalam adalah goal para siswa-siswi.

Tak ingin larut dalam kesedihan karena Galang menjadi semakin menjengkelkan, Gina pun beberapa hari sebelumnya langsung pergi bersama Yola ke boutique, me-time di salon dan nyushi di Ichiban.

Tapi, tetap saja hatinya terasa hampa. Ia sudah sangat merindukan Galang tapi Galang sama sekali tak ada itikad baik untuk menghubunginya.

Dan kini, ia sedang memandangi pantulan dirinya di depan cermin. Dengan gaun panjang berwarna pink pastel berenda tersampir di bahu yang sangat melekukkan tubuh semampainya. Di tambah hair do dari sang kakak yang menunjukkan leher jenjang Gina serta make up natural yang membuat penampilannya kian menawan.

Namun, tetap saja penampilannya akan sia-sia apabila tidak ada seseorang untuk ia gandeng. Meski banyak yang ingin pergi bersama Gina, entah kenapa ia dan hatinya hanya ingin Galang seorang meski sebetulnya ia masih gondok setengah mati.

Bunyi klakson mobil tiba-tiba memekik di luar rumah Gina. Yola kah? Tapi, Gina belum memberi aba-aba untuk Yola datang ke rumahnya. Gina pun melongok ke jendela dan betapa terkejutnya ia saat melihat mobil Galang sudah bertengger cantik di depan gerbang rumahnya!

Masih dalam suasana terkejut, tiba-tiba Galang keluar dari mobilnya sudah rapi dengan suite and tie yang sangat pas untuk Galang! Oh my God, jantung Gina hampir mencelos keluar ketika melihat betapa tampannya Galang hari ini! Dengan setelan suite and tie berwarna hitam, Galang keluar mobil sambil membuka jas yang ia kenakan dan ia sampirkan di lengannya.

Tubuh Galang yang atletis pun terbentuk dengan indah dalam balutan klasik yang eye catching! Bagaimana Gina tak takut kehilangan makhluk seperti ini?? Galang pun langsung memencet bel rumah Gina hingga membuat Mbak Opi yang bekerja di rumah Gina membukanya serta mempersilakan Galang untuk masuk.


“Gina nya udah berangkat belum, Mbak?” sayup-sayup suara Galang terdengar saat berbicara dengan Mbak Opi.


Gina yang memperhatikan Galang sedaritadi dari jendela kamarnya yang mengarah langsung ke halaman rumah pun akhirnya langsung disadari Galang. Galang melirik Gina sepintas dengan senyum yang mengembang. Buru-buru Gina menghampirkan gordyn kamarnya.

Ternyata dia udah siap. Kata Galang dalam hati.


“Yuk masuk, Mas Galang. Mbak Gina lagi siap-siap kayaknya.” Kata Mbak Opi.


Galang pun memasuki rumah yang sudah biasa ia kunjungi. Pada sore hari ini suasana rumah Gina tampak sepi. Wajar lah, orang tua Gina sibuk bekerja dan kakaknya Gina, Kak Juni, biasanya tak di rumah, namun entah untuk hari ini.

Dengan ragu Gina keluar kamar dan mendapati Galang sudah duduk di sofa dan ada Mbak Opi yang sudah menyiapkan minum untuknya. Meski manyun, Gina pun langsung duduk di dekat Galang.


“Ada yang benci aku, katanya.” Kata Galang membuka suara saat Gina hendak duduk.


Gina hanya terus memainkan jari dan kukunya.


“Hey, ada yang benci aku, nih?” kata Galang lagi sambil melongok menatap Gina.


Yang ditatap pun hanya membuang muka mencoba sok cuek, padahal dalam hati ia sudah rindu setengah mati!

Dengan lembut, Galang meraih tangan Gina. Mengusapnya pelan dan tersenyum menatap Gina yang sedaritadi terus membuang muka.


“Gin, aku nya kan disini. Kok ngeliatnya ke arah itu terus?” ujar Galang.


Air mata sudah mengembung tertahan di kelopak mata Gina. Namun, kalau ia menangis, make up nya bisa hancur! Dengan keberanian yang Gina coba keluarkan, ia pun memberanikan diri menatap Galang.

Dan… sedetik kemudian…..


“Huaaaaaaaaa! Galang kamu rese!!!!!!!!! Aku kan kangen udah hampir sebulan gak ketemu kamu! Main mulu sama temen! Getol banget update sosmed tapi ngehubungin aku gak bisa!!!!!!” kata Gina meraung-raung yang tak bisa ia tahan lagi.


Galang yang melihatnya pun langsung panik menyambar tisu di meja ruang tamu Gina dan memberikan tisu itu kepada Gina.


“Heeee orang! Udah cantik juga. Make-up nya luntur deh!” pekik Galang.


“Abis kamu nyebelin!!!!” kata Gina lagi memukul-mukul tangan Galang.

Galang pun berpindah posisi lebih dekat dengan Gina lalu mulai mengelus-elus punggung Gina yang terbuka.

“Hehe, maaf ya, Sayang, aku sengaja ngediemin kamu. Abis kamu marah-marah mulu, aku males ngeladeninnya. Dari pada makin panjang, mending gak aku bales kan.” kata Galang menjelaskan.

“Tapi nyebelin!” kata Gina mulai tenang mencubiti tangan Galang.

“Ih, sakit tau dicubit-cubit!” kata Galang menahan tangan Gina.

“Aku mau peluk, Lang…. tapi nanti rambut aku rusak.” Kata Gina mulai manja.

“Iya, sini. Aku hati-hati deh biar rambut kamu gak rusak.” Kata Galang membuka diri agar Gina memeluknya.

“Ehm!” tiba-tiba suara dehaman membuat Gina urung memeluk Galang.

“Hasil karya gue itu! Awas aja kalo rusak kaga gua benerin lagi lu, Gin.” Pekik Kak Juni dari dalam rumah.

“Ada Juni?” tanya Galang kaget.

Kak Juni!” kata Gina mekankan kata ‘Kak’ karena Galang gak sopannya mulai keluar. “Iya doi lagi di rumah seharian. Ini rambut aku yang anuin dia.” Lanjut Gina lagi.

“Pfft.. anuin. Yang, kamu kalo ngomong jangan ambigu.” Ledek Galang.

“Ih maksud aku yang hair do-in rambut aku, Kak Juni.” Ulang Gina.

“Iya iya ngerti.” Kata Galang paham.

“Mau jalan kapan?” tanya Gina.

“Yakin mau jalan sekarang? Kamu gak mau ngaca dulu, gitu?” tanya Galang kembali.

Gina pun langsug buru-buru masuk kamar karena paham maksud Galang. Ia baru saja menangis dan pasti make up nya hancur total! Astaga……. Benar saja. Saat Gina melihat pantulan dirinya di cermin, mascara nya hancur total hingga membuat Gina harus pelan-pelan merapihkannya.

“Galang ih, kok, kamu gak bilang-bilang muka aku ancur begini???” teriak Gina dari dalam kamar yang tak ia sadari Galang sudah memperhatikan Gina dari pintu kamar.

“Mau make-up kamu ancur kayak apa juga, Gin, orang kalo udah cinta mah cinta aja.” Kata Galang hingga membuat Gina tersipu.

“Ih rese! Sana keluar! Malu aku ah.” Kata Gina mendorong Galang keluar dari kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat.

“Aku rapihin dandanan dulu trus nanti kita langsung jalan ya.” Kata Gina bersandar di balik pintu kamarnya dengan hati yang berbunga-bunga. Galang benar-benar pria idamannya!

“Oke. Aku tunggu di ruang tamu ya, Gin. Harus cepet loh.” Timpal Galang.

Dengan sigap, Gina langsung membenahi make-up nya. Dalam hitungan menit, make-up Gina pun sudah rapih total. Ia pun langsung menyambar high heels silver miliknya besert clutch silver dari dalam lemarinya. Dengan anggun, Gina melangkah keluar kamar dan menuju ke ruang tamu.

Galang pun terkesima dengan aura anggun yang Gina keluarkan. Dengan bangga, Galang langsung berdiri dan menawarkan lengan kokohnya untuk digamit oleh Gina. Gina tertawa kecil melihat Galang berlaga seperti pangeran dari negeri dongeng. Gina pun menggamit lengan Galang sambil berjalan keluar rumah bak seorang putri kerajaan.

“Kak Juni, aku jalan ya.” Teriak Gina kepada kakaknya.

“Yooo, hati-hati, Lang.” balas Kak Juni sambil meminta Galang untuk berhati-hati.

Tunggu… ada yang berbeda. Cara Galang melihat Gina sedikit berbeda. Ada apa ini? Ah, paling hanya karena mereka habis bertengkar. Pikir Kak Juni.

***

Sepanjang perjalanan, Galang membiarkan Gina menyetel musik kesukaannya. Gina terus berdendang ceria karena suasana hatinya sudah amat membaik berkat Galang yang menjemputnya.
Eh, tunggu! Gina lupa sesuatu…. Ah, Yola! Ia belum memberitahu Yola bahwa ia pergi ke prom night malam ini bersama Galang!

Di saat yang bersamaan, ponsel Gina pun berdering tanda telepon masuk. Yola meneleponnya!

“Hal…”

“Heh, Nenek Lampir! Gak bilang-bilang berangkat sama Galang. Gue tadi ke rumah lu dan kata Kak Juni lu udah jalan sama Galang! Dasar lu ya giliran udah baikan temen dilupain!” kata Yola diseberang telepon langsung mencak-mencak.

“Yola sayangku maaf!! Lupa banget soalnya tadi pas Galang dateng, gue nangis trus benerin make-up deh. Maaf sayang!” kata Gina meminta maaf.

“HHHH… Iya iya. Syukur deh kalo lu sama Galang udah baik-baik aja. Jangan uring-uringan lagi, oke?” pinta Yola.

“Oke!”

“Dah, ya, ketemu disana.” Kata Yola yang langsung menutup teleponnya.

“Di omelin Yola kamu ya?” kata Galang terkikik.

“Iya… gara-gara lupa bilang berangkat sama kamu, padahal tadinya aku mau berangkat sama dia.” Jawab Gina sambil meletakkan ponselnya kembali ke dalam clutch.

Galang dan Gina mendadak diam pekat. Hanya alunan High Hopes dari Kodaline yang mengisi aura di dalam mobil. Gina pun hanya memandang keluar jendela.

Selang beberapa lama kemudian, mereka pun sampai di Hotel Carlton, tempat prom night diadakan oleh penyelenggara sekolah. Usai meminta valet untuk memarkirkan mobil Mercedes Benz milik ayah Galang, ia dengan Gina pun memasuki hotel dan langsung menuju ke hall di lantai tiga.

Setibanya di hall, suasana hiruk pikuk pesta langsung menyambut mereka. Lagu-lagu masa kini bermain hingga menghidupkan suasana. Terlihat DJ Riri sedang bersiap-siap untuk acara puncak nanti. Teman-teman Galang dan Gina pun langsung menyambut riuh mereka.

“Duh, udah baikan nih ceritanya? Jangan galau mulu, Gin, kalo ditinggal Galang main. Entar kehilangan Galang beneran loh.” Kata Mona yang hanya dibalas senyuman dari Gina.

“Eh foto di photobooth gih kalian! Pasangan ter-serasi tahun ini!” kata Vivi sok hebring.

“Iya iya gampang, nanti aja.” Timpal Galang.

“Foto sekarang aja yuk, Lang, entar keburu rame.” Ajak Gina yang dituruti oleh Galang.

Acara demi acara pun dimulai sampai tak terasa sudah diujung acara dan terkesiaplah Gina dan Galang saat mereka ditunjuk sebagai The Queen and The King of Prom Night 2013. Orang-orang sudah tak meragukan hal itu lagi mengingat mereka memang pantas mendapatkannya.

Usai acara jam setengah dua belas malam, tiba-tiba Galang menarik Gina ke dalam lift dan mereka menuju ke lantai lima. Meski kebingungan, Gina terus mengiringi langkahnya dengan Galang hingga tiba di depan kamar bernomor 520.

“Kita istirahat disini ya, Gin, malam ini.” kata Galang sambil menarik tangan Gina memasuki Sweet VIP Room.

Jantung Gina berdetak tak karuan. Hampir mencelos. Bagaimana bisa Galang sudah men-check in kamar ini tanpa persetujuan darinya? Gina pikir ia akan langsung dibawa pulang oleh Galang atau mungkin akan diajak ke restoran mewah dulu. Namun, diluar dugaan, Galang malah membawa Gina ke kamar yang…. Lebih cocok untuk pasangan pengantin baru.
Perasaan Gina mulai tak enak.

“Lang, aku mau pulang.” Kata Gina tegas melepaskan genggaman Galang. Namun Galang malah semakin menggenggamnya lebih kuat lagi.

“Lang, plis, aku emang sayang sama kamu, tapi kita gak harus kayak gini sebelum waktunya!” kata Gina mencoba memberi pengertian.

Ia sadar mereka sudah delapan belas tahun. Sudah mulai ada rasa penasaran akan hal-hal seperti ini dan menganggap diri mereka sudah mulai dewasa. Tapi…. bukan seperti ini caranya.

“Aku gak akan ngapa-ngapain kamu, Gin. Kita cuma istirahat. Aku berani jamin keamanan kamu.” Kata Galang menatap Gina lekat-lekat.

“Enggak, Lang. Kalo setan lewat, hal yang gak diinginkan bisa aja terjadi. Kamu tidur aja disini malam ini, ya. Aku mau pulang.” Kata Gina melepas genggaman Galang dengan perlahan.

Tak terduga, Galang langsung memeluknya dari belakang.

“Tadi kamu bilang kita udah hampir satu bulan gak ketemu, kan? Kamu bilang, kamu kangen aku, kan? Aku juga sama, Gin. Aku mau ngabisin waktu lebih banyak lagi sama kamu.” Kata Galang berbisik ditelinga Gina.

“Iya aku ngerti. Tapi kan masih ada besok-besok, Lang.” timpal Gina mengusap lembut tangan Galang yang melingkar di lehernya dan sesekali mengecup pipi Galang.

Besok-besok? Entah kenapa Gina meragukan kalimat itu. Galang pun melepas pelukannya.

“Yaudah, yuk. Aku antar kamu pulang.” Kata Galang.

Akhirnya, Gina pun pulang diantar Galang. Tak butuh waktu lama, mereka sudah sampai di depan rumah Gina. Gina pun hendak turun dari mobil Galang, namun sebelumnya ia mendekatkan wajahnya hendak mencium pipi Galang.

Namun…….

Galang menjauh.

Gina dapat merasakan ada benteng yang berusaha Galang bangun. Mungkinkah Galang marah padanya karena ia menolak untuk ‘istirahat’ dengannya di kamar hotel? Ah, gak mungkin.

Dengan ragu, Gina pamit dan keluar dari mobil Galang. Galang pun memutar balik mobilnya dan langsung menancap gas dengan kekuatan penuh seakan-akan ia sedang kesal terhadap sesuatu.

Lang…….. kenapa?

***

Hula!!! Kembali lagi dengan salah satu BAB di buku yang saya buat dengan judul With Past. Sudah ada di Wattpad
Tapi belum completed alias masih on going! HEHEHE
Semoga suka ya! Lots of love! 

You Might Also Like

0 comments:

Rabu, 19 April 2017

Prom Night (Cerpen part of With Past)



“Mereka bilang kita punya semangat pesta yang sama; sang sanguinis yang ingin dianggap, sang sanguinis yang ingin dilihat. Semangat pesta untuk menunjukkan kebolehanmu, kebolehanku yang akhirnya menjadi kebolehan kita”


Satu minggu sudah berlalu, acara prom night akan dimulai malam ini. Sejak chat terakhir itu, Galang mendiamkan chat dari Gina. Sebetulnya, Gina ragu untuk datang ke acara prom night malam ini. Namun, ia harus hadir karena beredar kabar bagi nama-nama yang lolos ke perguruan tinggi negeri akan dibagikan piagam. Selain itu, acara ini adalah acara yang sudah banyak para siswa-siswi tunggu! Jadi ratu atau raja semalam adalah goal para siswa-siswi.

Tak ingin larut dalam kesedihan karena Galang menjadi semakin menjengkelkan, Gina pun beberapa hari sebelumnya langsung pergi bersama Yola ke boutique, me-time di salon dan nyushi di Ichiban.

Tapi, tetap saja hatinya terasa hampa. Ia sudah sangat merindukan Galang tapi Galang sama sekali tak ada itikad baik untuk menghubunginya.

Dan kini, ia sedang memandangi pantulan dirinya di depan cermin. Dengan gaun panjang berwarna pink pastel berenda tersampir di bahu yang sangat melekukkan tubuh semampainya. Di tambah hair do dari sang kakak yang menunjukkan leher jenjang Gina serta make up natural yang membuat penampilannya kian menawan.

Namun, tetap saja penampilannya akan sia-sia apabila tidak ada seseorang untuk ia gandeng. Meski banyak yang ingin pergi bersama Gina, entah kenapa ia dan hatinya hanya ingin Galang seorang meski sebetulnya ia masih gondok setengah mati.

Bunyi klakson mobil tiba-tiba memekik di luar rumah Gina. Yola kah? Tapi, Gina belum memberi aba-aba untuk Yola datang ke rumahnya. Gina pun melongok ke jendela dan betapa terkejutnya ia saat melihat mobil Galang sudah bertengger cantik di depan gerbang rumahnya!

Masih dalam suasana terkejut, tiba-tiba Galang keluar dari mobilnya sudah rapi dengan suite and tie yang sangat pas untuk Galang! Oh my God, jantung Gina hampir mencelos keluar ketika melihat betapa tampannya Galang hari ini! Dengan setelan suite and tie berwarna hitam, Galang keluar mobil sambil membuka jas yang ia kenakan dan ia sampirkan di lengannya.

Tubuh Galang yang atletis pun terbentuk dengan indah dalam balutan klasik yang eye catching! Bagaimana Gina tak takut kehilangan makhluk seperti ini?? Galang pun langsung memencet bel rumah Gina hingga membuat Mbak Opi yang bekerja di rumah Gina membukanya serta mempersilakan Galang untuk masuk.


“Gina nya udah berangkat belum, Mbak?” sayup-sayup suara Galang terdengar saat berbicara dengan Mbak Opi.


Gina yang memperhatikan Galang sedaritadi dari jendela kamarnya yang mengarah langsung ke halaman rumah pun akhirnya langsung disadari Galang. Galang melirik Gina sepintas dengan senyum yang mengembang. Buru-buru Gina menghampirkan gordyn kamarnya.

Ternyata dia udah siap. Kata Galang dalam hati.


“Yuk masuk, Mas Galang. Mbak Gina lagi siap-siap kayaknya.” Kata Mbak Opi.


Galang pun memasuki rumah yang sudah biasa ia kunjungi. Pada sore hari ini suasana rumah Gina tampak sepi. Wajar lah, orang tua Gina sibuk bekerja dan kakaknya Gina, Kak Juni, biasanya tak di rumah, namun entah untuk hari ini.

Dengan ragu Gina keluar kamar dan mendapati Galang sudah duduk di sofa dan ada Mbak Opi yang sudah menyiapkan minum untuknya. Meski manyun, Gina pun langsung duduk di dekat Galang.


“Ada yang benci aku, katanya.” Kata Galang membuka suara saat Gina hendak duduk.


Gina hanya terus memainkan jari dan kukunya.


“Hey, ada yang benci aku, nih?” kata Galang lagi sambil melongok menatap Gina.


Yang ditatap pun hanya membuang muka mencoba sok cuek, padahal dalam hati ia sudah rindu setengah mati!

Dengan lembut, Galang meraih tangan Gina. Mengusapnya pelan dan tersenyum menatap Gina yang sedaritadi terus membuang muka.


“Gin, aku nya kan disini. Kok ngeliatnya ke arah itu terus?” ujar Galang.


Air mata sudah mengembung tertahan di kelopak mata Gina. Namun, kalau ia menangis, make up nya bisa hancur! Dengan keberanian yang Gina coba keluarkan, ia pun memberanikan diri menatap Galang.

Dan… sedetik kemudian…..


“Huaaaaaaaaa! Galang kamu rese!!!!!!!!! Aku kan kangen udah hampir sebulan gak ketemu kamu! Main mulu sama temen! Getol banget update sosmed tapi ngehubungin aku gak bisa!!!!!!” kata Gina meraung-raung yang tak bisa ia tahan lagi.


Galang yang melihatnya pun langsung panik menyambar tisu di meja ruang tamu Gina dan memberikan tisu itu kepada Gina.


“Heeee orang! Udah cantik juga. Make-up nya luntur deh!” pekik Galang.


“Abis kamu nyebelin!!!!” kata Gina lagi memukul-mukul tangan Galang.

Galang pun berpindah posisi lebih dekat dengan Gina lalu mulai mengelus-elus punggung Gina yang terbuka.

“Hehe, maaf ya, Sayang, aku sengaja ngediemin kamu. Abis kamu marah-marah mulu, aku males ngeladeninnya. Dari pada makin panjang, mending gak aku bales kan.” kata Galang menjelaskan.

“Tapi nyebelin!” kata Gina mulai tenang mencubiti tangan Galang.

“Ih, sakit tau dicubit-cubit!” kata Galang menahan tangan Gina.

“Aku mau peluk, Lang…. tapi nanti rambut aku rusak.” Kata Gina mulai manja.

“Iya, sini. Aku hati-hati deh biar rambut kamu gak rusak.” Kata Galang membuka diri agar Gina memeluknya.

“Ehm!” tiba-tiba suara dehaman membuat Gina urung memeluk Galang.

“Hasil karya gue itu! Awas aja kalo rusak kaga gua benerin lagi lu, Gin.” Pekik Kak Juni dari dalam rumah.

“Ada Juni?” tanya Galang kaget.

Kak Juni!” kata Gina mekankan kata ‘Kak’ karena Galang gak sopannya mulai keluar. “Iya doi lagi di rumah seharian. Ini rambut aku yang anuin dia.” Lanjut Gina lagi.

“Pfft.. anuin. Yang, kamu kalo ngomong jangan ambigu.” Ledek Galang.

“Ih maksud aku yang hair do-in rambut aku, Kak Juni.” Ulang Gina.

“Iya iya ngerti.” Kata Galang paham.

“Mau jalan kapan?” tanya Gina.

“Yakin mau jalan sekarang? Kamu gak mau ngaca dulu, gitu?” tanya Galang kembali.

Gina pun langsug buru-buru masuk kamar karena paham maksud Galang. Ia baru saja menangis dan pasti make up nya hancur total! Astaga……. Benar saja. Saat Gina melihat pantulan dirinya di cermin, mascara nya hancur total hingga membuat Gina harus pelan-pelan merapihkannya.

“Galang ih, kok, kamu gak bilang-bilang muka aku ancur begini???” teriak Gina dari dalam kamar yang tak ia sadari Galang sudah memperhatikan Gina dari pintu kamar.

“Mau make-up kamu ancur kayak apa juga, Gin, orang kalo udah cinta mah cinta aja.” Kata Galang hingga membuat Gina tersipu.

“Ih rese! Sana keluar! Malu aku ah.” Kata Gina mendorong Galang keluar dari kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat.

“Aku rapihin dandanan dulu trus nanti kita langsung jalan ya.” Kata Gina bersandar di balik pintu kamarnya dengan hati yang berbunga-bunga. Galang benar-benar pria idamannya!

“Oke. Aku tunggu di ruang tamu ya, Gin. Harus cepet loh.” Timpal Galang.

Dengan sigap, Gina langsung membenahi make-up nya. Dalam hitungan menit, make-up Gina pun sudah rapih total. Ia pun langsung menyambar high heels silver miliknya besert clutch silver dari dalam lemarinya. Dengan anggun, Gina melangkah keluar kamar dan menuju ke ruang tamu.

Galang pun terkesima dengan aura anggun yang Gina keluarkan. Dengan bangga, Galang langsung berdiri dan menawarkan lengan kokohnya untuk digamit oleh Gina. Gina tertawa kecil melihat Galang berlaga seperti pangeran dari negeri dongeng. Gina pun menggamit lengan Galang sambil berjalan keluar rumah bak seorang putri kerajaan.

“Kak Juni, aku jalan ya.” Teriak Gina kepada kakaknya.

“Yooo, hati-hati, Lang.” balas Kak Juni sambil meminta Galang untuk berhati-hati.

Tunggu… ada yang berbeda. Cara Galang melihat Gina sedikit berbeda. Ada apa ini? Ah, paling hanya karena mereka habis bertengkar. Pikir Kak Juni.

***

Sepanjang perjalanan, Galang membiarkan Gina menyetel musik kesukaannya. Gina terus berdendang ceria karena suasana hatinya sudah amat membaik berkat Galang yang menjemputnya.
Eh, tunggu! Gina lupa sesuatu…. Ah, Yola! Ia belum memberitahu Yola bahwa ia pergi ke prom night malam ini bersama Galang!

Di saat yang bersamaan, ponsel Gina pun berdering tanda telepon masuk. Yola meneleponnya!

“Hal…”

“Heh, Nenek Lampir! Gak bilang-bilang berangkat sama Galang. Gue tadi ke rumah lu dan kata Kak Juni lu udah jalan sama Galang! Dasar lu ya giliran udah baikan temen dilupain!” kata Yola diseberang telepon langsung mencak-mencak.

“Yola sayangku maaf!! Lupa banget soalnya tadi pas Galang dateng, gue nangis trus benerin make-up deh. Maaf sayang!” kata Gina meminta maaf.

“HHHH… Iya iya. Syukur deh kalo lu sama Galang udah baik-baik aja. Jangan uring-uringan lagi, oke?” pinta Yola.

“Oke!”

“Dah, ya, ketemu disana.” Kata Yola yang langsung menutup teleponnya.

“Di omelin Yola kamu ya?” kata Galang terkikik.

“Iya… gara-gara lupa bilang berangkat sama kamu, padahal tadinya aku mau berangkat sama dia.” Jawab Gina sambil meletakkan ponselnya kembali ke dalam clutch.

Galang dan Gina mendadak diam pekat. Hanya alunan High Hopes dari Kodaline yang mengisi aura di dalam mobil. Gina pun hanya memandang keluar jendela.

Selang beberapa lama kemudian, mereka pun sampai di Hotel Carlton, tempat prom night diadakan oleh penyelenggara sekolah. Usai meminta valet untuk memarkirkan mobil Mercedes Benz milik ayah Galang, ia dengan Gina pun memasuki hotel dan langsung menuju ke hall di lantai tiga.

Setibanya di hall, suasana hiruk pikuk pesta langsung menyambut mereka. Lagu-lagu masa kini bermain hingga menghidupkan suasana. Terlihat DJ Riri sedang bersiap-siap untuk acara puncak nanti. Teman-teman Galang dan Gina pun langsung menyambut riuh mereka.

“Duh, udah baikan nih ceritanya? Jangan galau mulu, Gin, kalo ditinggal Galang main. Entar kehilangan Galang beneran loh.” Kata Mona yang hanya dibalas senyuman dari Gina.

“Eh foto di photobooth gih kalian! Pasangan ter-serasi tahun ini!” kata Vivi sok hebring.

“Iya iya gampang, nanti aja.” Timpal Galang.

“Foto sekarang aja yuk, Lang, entar keburu rame.” Ajak Gina yang dituruti oleh Galang.

Acara demi acara pun dimulai sampai tak terasa sudah diujung acara dan terkesiaplah Gina dan Galang saat mereka ditunjuk sebagai The Queen and The King of Prom Night 2013. Orang-orang sudah tak meragukan hal itu lagi mengingat mereka memang pantas mendapatkannya.

Usai acara jam setengah dua belas malam, tiba-tiba Galang menarik Gina ke dalam lift dan mereka menuju ke lantai lima. Meski kebingungan, Gina terus mengiringi langkahnya dengan Galang hingga tiba di depan kamar bernomor 520.

“Kita istirahat disini ya, Gin, malam ini.” kata Galang sambil menarik tangan Gina memasuki Sweet VIP Room.

Jantung Gina berdetak tak karuan. Hampir mencelos. Bagaimana bisa Galang sudah men-check in kamar ini tanpa persetujuan darinya? Gina pikir ia akan langsung dibawa pulang oleh Galang atau mungkin akan diajak ke restoran mewah dulu. Namun, diluar dugaan, Galang malah membawa Gina ke kamar yang…. Lebih cocok untuk pasangan pengantin baru.
Perasaan Gina mulai tak enak.

“Lang, aku mau pulang.” Kata Gina tegas melepaskan genggaman Galang. Namun Galang malah semakin menggenggamnya lebih kuat lagi.

“Lang, plis, aku emang sayang sama kamu, tapi kita gak harus kayak gini sebelum waktunya!” kata Gina mencoba memberi pengertian.

Ia sadar mereka sudah delapan belas tahun. Sudah mulai ada rasa penasaran akan hal-hal seperti ini dan menganggap diri mereka sudah mulai dewasa. Tapi…. bukan seperti ini caranya.

“Aku gak akan ngapa-ngapain kamu, Gin. Kita cuma istirahat. Aku berani jamin keamanan kamu.” Kata Galang menatap Gina lekat-lekat.

“Enggak, Lang. Kalo setan lewat, hal yang gak diinginkan bisa aja terjadi. Kamu tidur aja disini malam ini, ya. Aku mau pulang.” Kata Gina melepas genggaman Galang dengan perlahan.

Tak terduga, Galang langsung memeluknya dari belakang.

“Tadi kamu bilang kita udah hampir satu bulan gak ketemu, kan? Kamu bilang, kamu kangen aku, kan? Aku juga sama, Gin. Aku mau ngabisin waktu lebih banyak lagi sama kamu.” Kata Galang berbisik ditelinga Gina.

“Iya aku ngerti. Tapi kan masih ada besok-besok, Lang.” timpal Gina mengusap lembut tangan Galang yang melingkar di lehernya dan sesekali mengecup pipi Galang.

Besok-besok? Entah kenapa Gina meragukan kalimat itu. Galang pun melepas pelukannya.

“Yaudah, yuk. Aku antar kamu pulang.” Kata Galang.

Akhirnya, Gina pun pulang diantar Galang. Tak butuh waktu lama, mereka sudah sampai di depan rumah Gina. Gina pun hendak turun dari mobil Galang, namun sebelumnya ia mendekatkan wajahnya hendak mencium pipi Galang.

Namun…….

Galang menjauh.

Gina dapat merasakan ada benteng yang berusaha Galang bangun. Mungkinkah Galang marah padanya karena ia menolak untuk ‘istirahat’ dengannya di kamar hotel? Ah, gak mungkin.

Dengan ragu, Gina pamit dan keluar dari mobil Galang. Galang pun memutar balik mobilnya dan langsung menancap gas dengan kekuatan penuh seakan-akan ia sedang kesal terhadap sesuatu.

Lang…….. kenapa?

***

Hula!!! Kembali lagi dengan salah satu BAB di buku yang saya buat dengan judul With Past. Sudah ada di Wattpad
Tapi belum completed alias masih on going! HEHEHE
Semoga suka ya! Lots of love! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar