Cerbung,

College Life Part 5 (Ending)

8:14:00 PM Fajria Anindya Utami 0 Comments



Fahri POV’s

Rasanya jantung gue kayak mau lepas dari tempatnya. Deg-degan bukan main! Entah kenapa, gue yakin banget akan segera mendapatkan perhatian Ana –mendapatkan cinta? Hmm perhatian dulu deh. Karena menurut gue, berawal dari perhatian maka akan menjadi suatu pengertian yang menjelma menjadi cinta.

Gue gak tau udah sejak kapan perasaan ini muncul. Yang gue tau, makin hari, dia makin menarik. Makin ngebuat jantung gue gak bisa diem. Rasanya pengen nyapa, tapi gue malu –iya, gue tau gue cowok, tapi tetap aja gak berani. Maka dari itu gue mulai dari Whatsapp Ana jam 2 pagi berisi…

“Hai, Ana. Ini gue Fahri temen sekelas lo, tau kan? Gue mau deket sama lo, boleh gak?”

Gak deh jangan kayak gitu, gue harus lebih cool. Akhirnya gue apus, dan gue bikin yang baru.

“Eh, gue Fahry temen sekelas lo!”

Anjir gue kayak ngajak berantem. Gimana, ya enaknya?

Setelah beberapa lama gue nyari kata-kata, berakhirlah dengan satu kata beserta satu nama:

“Ana..”

Cukup cool, kan ya? Gue anggap iya.

Akhirnya dengan harap-harap cemas gue nungguin balasan dari Ana. Sejujurnya gue gak ngarep jawaban cepet sih karena udah jam dua  pagi juga, gue tau diri. Kalau kalian protes, maaf-maaf aja nih, keberanian gue baru keluar jam dua pagi soalnya.

Saat hendak beranjak tidur, tiba-tiba hp tersayang gue bunyi! Dengan sigap gue langsung ngambil hp yang gak jauh dari tempat gue gegoleran. Dan yes!

‘LINE Let’s Get Rich!’

Anjrit! Gue pikir dari Ana! Soalnya ringtone nya gue samain semua sih!

Gue langsung lemes dan benar-benar niat buat tidur. Tapi gak lama kemudian, hp gue bunyi lagi. Dengan males karena gue tau itu kiriman Clover lagi, gue beneran tidur deh. Semoga besok pagi Clover gue penuh.

 ANA POV’s

Kok nyebelin banget ya pemilik nomer yang baru aja ngehubungin aku? Padahal ‘last seen’ nya belum lama tapi gak di read-read juga. Foto Whatsapp nya Tsunade sang Hokage di serial anime Naruto lagi. Pasti dia Ecchi!

Duh, malem-malem malah mikirin yang enggak-enggak. Udahlah daripada gak tidur-tidur karena penasaran mending aku tidur lagi.

Eh tunggu. Serial anime Naruto? Tsunade? Mungkinkah itu Remy?

Ah, gak mungkin. Pasti dia sudah block aku di berbagai sosial medianya karena dia udah gak tertarik dan gak suka padaku. Jujur, aku merasa sangat perih merasakannya. Aku jadi berniat tidak akan pernah lagi berbicara padanya di kelas.

Tanpa terasa tetesan air yang terasa hangat pun menetes di pipiku. Dan aku pun terlelap dalam mimpi.

REMY POV’s

Sumpah gue gak tau harus neghubungin Ana gimana! Biasany setiap pulang kampus, gue selalu nanya apakah dia udah sampe rumah? Dan ngenarsis ria apakah hari itu gue lagi tampan? Shit! Gue jadi kangen! Karena kalau gue ngenarsis ria, dia bakalan masang emoticon atau sticker-sticker bête plus mual yang lucu dan ngegemesin banget!

Gue bener-bener bisa bayangin gimana ekspresi dia kalau seandainya gue ngomongin hal itu secara live.

Duh yaampun, kenapa semua kontak Ana bisa hilang sih?!

Normal POV’s – Kelas

Ana duduk di row pertama paling pojok dekat pintu. Seakan-akan mem-blok semua hal yang ada, Ana meletakkan headset di telinganya dan membaca novel yang sangat tebal. Sejujurnya bagi siapapun yang memperhatikan Ana dengan jeli, pasti sadar kalau Ana tidak betul-betul membaca novel itu.

Tiba-tiba Ana menegang kala mendengar pintu berdecit beserta aroma manis yang tak asing baginya. Tidak, Ana tidak mau melihat siapa yang datang karena dia tau bahwa disitulah Remy ada. Remy pun memperhatikan Ana sekilas dan berjalan menuju singgahsana favoritnya.

Disana, sudah tampak Fahry yang sedang membaca berbagai catatan karena takut nanti ditanya-tanya oleh dosen yang menurutnya killer.

Sudah tiga SKS berlalu namun Remy hanya memperhatikan Ana dari jauh. Ana pun hanya memandang sekilas dan seringkali pandangan mereka bertemu. Berani taruhan jantung mereka saling bersautan layaknya genderang mau perang?

Ya, terkadang cinta itu mudah diungkapkan. Hanya lewat pandangan dan tatapan tajam sekilas saja orang-orang yang bersangkutan pasti merasakan getaran itu.

Saat menuju pergantian mata kuliah, Ana melihat ponselnya dan didapati pesan dari nomer tak dikenal yang menghubunginya semalam. Ana tersenyum melihatnya begitu tau kalau itu adalah teman sekelasnya, Fahri, dan bukan orang asing yang menjengkelkan.

Dengan percaya diri karena hanya menganggap Fahri teman biasa, Ana pun menyapa Fahri saat Fahri berjalan di hadapan Ana.

“Hey, Fahri. Kenapa semalem chat gue?”

Fahri sejujurnya sangat kaget dengan sapaan Ana hari itu. Dirinya tak pernah membayangkan hari itu akan terjadi di hari ini.

“Oh, hey. Nyapa doang, sih. Soalnya lo abis berisik di grup, hehe.” Kata Fahri canggung.

“Ooo hahaha sorry kalau ganggu ya. Maklum, hp sepi, jadi bikin rame deh.” Kata Ana tertawa lepas.

“Eh, enggak kok gak ganggu. Kalau hp lo sepi, gue bisa ramein, hehe” kata Fahri masih kaku.

“Gak perlu repot-repot! Haha, tapi makasih ya!”

“Iya, hehe.”

Kecanggungan pun menyelimuti mereka berdua. Entah siapa yang mau meninggalkan tempat terlebih dahulu, yang jelas Fahri tidak ingin momen itu berakhir. Hingga akhirnya yang tidak di inginkan Fahri pun terjadi yaitu Remy muncul menarik dirinya.

REMY POV’s

Jadi ceritanya gue abis dari toilet buang hajat. Lalu, gue nyari Fahri gak ketemu-temu tapi sekalinya ketemu, doi bikin gue panas lantaran lagi cekikikan sama gebetan gue di lorong. Tanpa pikir panjang, gue pun narik Fahri.

“Eh, Ri. Lo punya kontak Ana?” Tanya gue hati-hati.

“Hmm kenapa emang?” Fahri malah nanya balik sambil salah tingkah.

“Tadinye gue punya kontak dia tapi masa tiba-tiba ilang!”

“Emang buat apa kontaknya?” Tanya Fahri sinis.

“Buat… buat apa aja lah. Lo punya kan? Bagi dong!”

“Lo suka sama dia? Ngaku aja!” Fahri mulai menjengkelkan.

“Eh gue cuma minta kontaknya ya bukan berarti gue suka!”

Tiba-tiba gue sadar kalau Ana ada dibelakang gue sedari tadi. Ya Tuhan! Air wajahnya kenapa?  Kenapa dia terlihat sangat kecewa dan sedih?

Normal POV’s

Ana sudah lama mendengar percakapan yang terjadi antara Fahri dan Remy. Dirinya berpura-pura sibuk mencari sesuatu agar bisa mendengar percakapan mereka lebih lama. Namun, yang Ana dapatkan hanyalah rasa pedih yang entah kenapa ia rasakan menjalar dari hati hingga keseluruh darahnya.

Perih. Hanya itu yang bisa ia rasakan ketika mendengar Remy berkata

“Eh gue cuma minta kontaknya ya bukan berarti gue suka!”

Entah itu pernyataan jujur atau bukan, menurut Ana, yang jelas tak sepatutnya Remy berbicara keras-keras seperti itu. Ana pun langsung berjalan cepat dengan ponsel di genggamannya. Ana bisa merasakan pandangan Remy yang menusuk punggungnya.

Meski rada lola, akhirnya Remy memutuskan untuk mengejar Ana.

“Eh Fahri, gue gak tau masalah lo apa sama gue. Yang jelas gue gak suka cara lo mempermainkan gue kayak gini. Kalau emang dari awal lo gak mau ngasih kontak Ana ke gue gara-gara lo ngerasa tersaingi, bilang aja kalau lo juga naksir Ana! Bye bro. Cukup tau gue sama lo!”

Fahri gelagapan, bingung harus bagaimana ketika melihat Remy mengejar Ana bagaikan mengejar cinta. Bagaimana kalau misalnya Remy mengatakan cintanya dan kemudian di terima oleh Ana? Hanya itulah yang ada dibenak Fahri. Namun, ia terlalu kaku dan tidak tau harus bagaimana. Baginya saat ini, kalau memang Ana adalah jodohnya, mereka akan dipertemukan dan dipersatukan.

***

(Di lobby)

“Halo, saya Ana dari semester 1. Saya mau daftar seminar. Kemarin sudah menghubungi contact personnya kok.” Ucap Ana berwibawa di stand pendaftaran seminar.

“Oh? Kamu Ana? Senang bertemu denganmu! Saya Gerry contact person yang kamu hubungi!” Gerry tersenyum jail dengan Ana.

Ana pun mulai risih dan segera meminta form registrasi seminar.

Remy yag menyadari keganjenan Gerry pun langsung mendekati Ana dan menggenggam tangannya.

“Ana, gue mau ngomong sebentar.” Ucap Remy serius.

Ana langsung kaget dan jantungnya menari kegirangan akibat hangatnya tangan Remy yang menyentuh kulit lembutnya. Remy pun merasakan demikian, dia optimis akan mendapatkan hati Ana hari ini meski dirinya grogi hampir gila!

Setelah berjalan beberapa lama, akhirnya Remy menghentikan langkah di danau belakang perpustakaan. Saat itu matahari sedang bertengger cantik nan menawan panasnya diatas kepala mereka. Namun, mereka tidak merasakan sengatan matahari itu lantaran pohon setengah rindang yang menanungi mereka.

Dengan tatapan penuh arti, Remy menatap Ana tajam. Tangan mereka pun masih belum terlepas dan terlihat seperti tidak mau terlepas.

Setelah kebisuan yang melanda, akhirnya Remy mengucapkan sebuah kalimat yang sangat cepat. Namun intinya bisa ditangkap Ana.

“Gue suka sama lo! Mau gak jadi pacar gue? Gue tau ini terlalu cepet tapi saingan gue makin banyak dan gue mau ikat lo langsung sekarang! Gue gakmau main-main lagi.” Kata Remy dengan satu tarikan nafas.

“Maaf? Pelan-pelan dong ngomongnya.” Pinta Ana malu-malu meski ia sudah mendengar inti dari pernyataan Remy.

Remu tersenyum melihat wajah Ana yang memerah dan entah kenapa, Remy langsung merengkuh pipi kemerahan Ana dan mendekatkan wajahnya dengan Ana. Dan yang didekati pun hanya terdiam terbawa suasana hingga akhirnya angina semilir memainkan rambut mereka ditengah kecupan mesra pasangan baru yang sedang dimabuk cinta.

The End.

You Might Also Like

0 comments:

Rabu, 14 Oktober 2015

College Life Part 5 (Ending)



Fahri POV’s

Rasanya jantung gue kayak mau lepas dari tempatnya. Deg-degan bukan main! Entah kenapa, gue yakin banget akan segera mendapatkan perhatian Ana –mendapatkan cinta? Hmm perhatian dulu deh. Karena menurut gue, berawal dari perhatian maka akan menjadi suatu pengertian yang menjelma menjadi cinta.

Gue gak tau udah sejak kapan perasaan ini muncul. Yang gue tau, makin hari, dia makin menarik. Makin ngebuat jantung gue gak bisa diem. Rasanya pengen nyapa, tapi gue malu –iya, gue tau gue cowok, tapi tetap aja gak berani. Maka dari itu gue mulai dari Whatsapp Ana jam 2 pagi berisi…

“Hai, Ana. Ini gue Fahri temen sekelas lo, tau kan? Gue mau deket sama lo, boleh gak?”

Gak deh jangan kayak gitu, gue harus lebih cool. Akhirnya gue apus, dan gue bikin yang baru.

“Eh, gue Fahry temen sekelas lo!”

Anjir gue kayak ngajak berantem. Gimana, ya enaknya?

Setelah beberapa lama gue nyari kata-kata, berakhirlah dengan satu kata beserta satu nama:

“Ana..”

Cukup cool, kan ya? Gue anggap iya.

Akhirnya dengan harap-harap cemas gue nungguin balasan dari Ana. Sejujurnya gue gak ngarep jawaban cepet sih karena udah jam dua  pagi juga, gue tau diri. Kalau kalian protes, maaf-maaf aja nih, keberanian gue baru keluar jam dua pagi soalnya.

Saat hendak beranjak tidur, tiba-tiba hp tersayang gue bunyi! Dengan sigap gue langsung ngambil hp yang gak jauh dari tempat gue gegoleran. Dan yes!

‘LINE Let’s Get Rich!’

Anjrit! Gue pikir dari Ana! Soalnya ringtone nya gue samain semua sih!

Gue langsung lemes dan benar-benar niat buat tidur. Tapi gak lama kemudian, hp gue bunyi lagi. Dengan males karena gue tau itu kiriman Clover lagi, gue beneran tidur deh. Semoga besok pagi Clover gue penuh.

 ANA POV’s

Kok nyebelin banget ya pemilik nomer yang baru aja ngehubungin aku? Padahal ‘last seen’ nya belum lama tapi gak di read-read juga. Foto Whatsapp nya Tsunade sang Hokage di serial anime Naruto lagi. Pasti dia Ecchi!

Duh, malem-malem malah mikirin yang enggak-enggak. Udahlah daripada gak tidur-tidur karena penasaran mending aku tidur lagi.

Eh tunggu. Serial anime Naruto? Tsunade? Mungkinkah itu Remy?

Ah, gak mungkin. Pasti dia sudah block aku di berbagai sosial medianya karena dia udah gak tertarik dan gak suka padaku. Jujur, aku merasa sangat perih merasakannya. Aku jadi berniat tidak akan pernah lagi berbicara padanya di kelas.

Tanpa terasa tetesan air yang terasa hangat pun menetes di pipiku. Dan aku pun terlelap dalam mimpi.

REMY POV’s

Sumpah gue gak tau harus neghubungin Ana gimana! Biasany setiap pulang kampus, gue selalu nanya apakah dia udah sampe rumah? Dan ngenarsis ria apakah hari itu gue lagi tampan? Shit! Gue jadi kangen! Karena kalau gue ngenarsis ria, dia bakalan masang emoticon atau sticker-sticker bête plus mual yang lucu dan ngegemesin banget!

Gue bener-bener bisa bayangin gimana ekspresi dia kalau seandainya gue ngomongin hal itu secara live.

Duh yaampun, kenapa semua kontak Ana bisa hilang sih?!

Normal POV’s – Kelas

Ana duduk di row pertama paling pojok dekat pintu. Seakan-akan mem-blok semua hal yang ada, Ana meletakkan headset di telinganya dan membaca novel yang sangat tebal. Sejujurnya bagi siapapun yang memperhatikan Ana dengan jeli, pasti sadar kalau Ana tidak betul-betul membaca novel itu.

Tiba-tiba Ana menegang kala mendengar pintu berdecit beserta aroma manis yang tak asing baginya. Tidak, Ana tidak mau melihat siapa yang datang karena dia tau bahwa disitulah Remy ada. Remy pun memperhatikan Ana sekilas dan berjalan menuju singgahsana favoritnya.

Disana, sudah tampak Fahry yang sedang membaca berbagai catatan karena takut nanti ditanya-tanya oleh dosen yang menurutnya killer.

Sudah tiga SKS berlalu namun Remy hanya memperhatikan Ana dari jauh. Ana pun hanya memandang sekilas dan seringkali pandangan mereka bertemu. Berani taruhan jantung mereka saling bersautan layaknya genderang mau perang?

Ya, terkadang cinta itu mudah diungkapkan. Hanya lewat pandangan dan tatapan tajam sekilas saja orang-orang yang bersangkutan pasti merasakan getaran itu.

Saat menuju pergantian mata kuliah, Ana melihat ponselnya dan didapati pesan dari nomer tak dikenal yang menghubunginya semalam. Ana tersenyum melihatnya begitu tau kalau itu adalah teman sekelasnya, Fahri, dan bukan orang asing yang menjengkelkan.

Dengan percaya diri karena hanya menganggap Fahri teman biasa, Ana pun menyapa Fahri saat Fahri berjalan di hadapan Ana.

“Hey, Fahri. Kenapa semalem chat gue?”

Fahri sejujurnya sangat kaget dengan sapaan Ana hari itu. Dirinya tak pernah membayangkan hari itu akan terjadi di hari ini.

“Oh, hey. Nyapa doang, sih. Soalnya lo abis berisik di grup, hehe.” Kata Fahri canggung.

“Ooo hahaha sorry kalau ganggu ya. Maklum, hp sepi, jadi bikin rame deh.” Kata Ana tertawa lepas.

“Eh, enggak kok gak ganggu. Kalau hp lo sepi, gue bisa ramein, hehe” kata Fahri masih kaku.

“Gak perlu repot-repot! Haha, tapi makasih ya!”

“Iya, hehe.”

Kecanggungan pun menyelimuti mereka berdua. Entah siapa yang mau meninggalkan tempat terlebih dahulu, yang jelas Fahri tidak ingin momen itu berakhir. Hingga akhirnya yang tidak di inginkan Fahri pun terjadi yaitu Remy muncul menarik dirinya.

REMY POV’s

Jadi ceritanya gue abis dari toilet buang hajat. Lalu, gue nyari Fahri gak ketemu-temu tapi sekalinya ketemu, doi bikin gue panas lantaran lagi cekikikan sama gebetan gue di lorong. Tanpa pikir panjang, gue pun narik Fahri.

“Eh, Ri. Lo punya kontak Ana?” Tanya gue hati-hati.

“Hmm kenapa emang?” Fahri malah nanya balik sambil salah tingkah.

“Tadinye gue punya kontak dia tapi masa tiba-tiba ilang!”

“Emang buat apa kontaknya?” Tanya Fahri sinis.

“Buat… buat apa aja lah. Lo punya kan? Bagi dong!”

“Lo suka sama dia? Ngaku aja!” Fahri mulai menjengkelkan.

“Eh gue cuma minta kontaknya ya bukan berarti gue suka!”

Tiba-tiba gue sadar kalau Ana ada dibelakang gue sedari tadi. Ya Tuhan! Air wajahnya kenapa?  Kenapa dia terlihat sangat kecewa dan sedih?

Normal POV’s

Ana sudah lama mendengar percakapan yang terjadi antara Fahri dan Remy. Dirinya berpura-pura sibuk mencari sesuatu agar bisa mendengar percakapan mereka lebih lama. Namun, yang Ana dapatkan hanyalah rasa pedih yang entah kenapa ia rasakan menjalar dari hati hingga keseluruh darahnya.

Perih. Hanya itu yang bisa ia rasakan ketika mendengar Remy berkata

“Eh gue cuma minta kontaknya ya bukan berarti gue suka!”

Entah itu pernyataan jujur atau bukan, menurut Ana, yang jelas tak sepatutnya Remy berbicara keras-keras seperti itu. Ana pun langsung berjalan cepat dengan ponsel di genggamannya. Ana bisa merasakan pandangan Remy yang menusuk punggungnya.

Meski rada lola, akhirnya Remy memutuskan untuk mengejar Ana.

“Eh Fahri, gue gak tau masalah lo apa sama gue. Yang jelas gue gak suka cara lo mempermainkan gue kayak gini. Kalau emang dari awal lo gak mau ngasih kontak Ana ke gue gara-gara lo ngerasa tersaingi, bilang aja kalau lo juga naksir Ana! Bye bro. Cukup tau gue sama lo!”

Fahri gelagapan, bingung harus bagaimana ketika melihat Remy mengejar Ana bagaikan mengejar cinta. Bagaimana kalau misalnya Remy mengatakan cintanya dan kemudian di terima oleh Ana? Hanya itulah yang ada dibenak Fahri. Namun, ia terlalu kaku dan tidak tau harus bagaimana. Baginya saat ini, kalau memang Ana adalah jodohnya, mereka akan dipertemukan dan dipersatukan.

***

(Di lobby)

“Halo, saya Ana dari semester 1. Saya mau daftar seminar. Kemarin sudah menghubungi contact personnya kok.” Ucap Ana berwibawa di stand pendaftaran seminar.

“Oh? Kamu Ana? Senang bertemu denganmu! Saya Gerry contact person yang kamu hubungi!” Gerry tersenyum jail dengan Ana.

Ana pun mulai risih dan segera meminta form registrasi seminar.

Remy yag menyadari keganjenan Gerry pun langsung mendekati Ana dan menggenggam tangannya.

“Ana, gue mau ngomong sebentar.” Ucap Remy serius.

Ana langsung kaget dan jantungnya menari kegirangan akibat hangatnya tangan Remy yang menyentuh kulit lembutnya. Remy pun merasakan demikian, dia optimis akan mendapatkan hati Ana hari ini meski dirinya grogi hampir gila!

Setelah berjalan beberapa lama, akhirnya Remy menghentikan langkah di danau belakang perpustakaan. Saat itu matahari sedang bertengger cantik nan menawan panasnya diatas kepala mereka. Namun, mereka tidak merasakan sengatan matahari itu lantaran pohon setengah rindang yang menanungi mereka.

Dengan tatapan penuh arti, Remy menatap Ana tajam. Tangan mereka pun masih belum terlepas dan terlihat seperti tidak mau terlepas.

Setelah kebisuan yang melanda, akhirnya Remy mengucapkan sebuah kalimat yang sangat cepat. Namun intinya bisa ditangkap Ana.

“Gue suka sama lo! Mau gak jadi pacar gue? Gue tau ini terlalu cepet tapi saingan gue makin banyak dan gue mau ikat lo langsung sekarang! Gue gakmau main-main lagi.” Kata Remy dengan satu tarikan nafas.

“Maaf? Pelan-pelan dong ngomongnya.” Pinta Ana malu-malu meski ia sudah mendengar inti dari pernyataan Remy.

Remu tersenyum melihat wajah Ana yang memerah dan entah kenapa, Remy langsung merengkuh pipi kemerahan Ana dan mendekatkan wajahnya dengan Ana. Dan yang didekati pun hanya terdiam terbawa suasana hingga akhirnya angina semilir memainkan rambut mereka ditengah kecupan mesra pasangan baru yang sedang dimabuk cinta.

The End.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar