Cerpen,

Takperlu Kuungkapkan

7:27:00 PM Fajria Anindya Utami 0 Comments

"Itu? Namanya siapa?" bisik pria berwajah lancip.
Pria berkacamata pun hanya mengangguk dan berkata "Namanya Andini Ratnasari" pria berkacamatpun tersenyum lebar ketika menyebutkan nama wanita yang mereka perhatikan sedaritadi. Wanita dengan rambut cokelat lurus tanpa poni yang membiarkan kening indahnya terpapar sinar matahari pagi.
"Anak mana?" ucap lagi pria berwajah lancip.
"Anak orangtuanya lah," pria berkacamata memulai guyonannya. Pria berwajah lancip pun memukul dengan cukup keras sampai pria berkacamata mengaduh.
"Serius dong, bro" mohon pria berwajah lancip.
Pria berkacamat tersenyum dan berkata "Anak Sience semester 3,"
"Sejak kapan lo suka?"
"Sejak pertamakali liat dia ospek,"
"Rumahnya dimana?"
"Di daerah Kalibata timur,"
"Tau persis alamat dan bentuk rumahnya?" tanya pria berwajah lancip.
"Tau. Tapi gak hafal alamat bakunya. Kalau jalannya ya tau. Rumahnya sederhana, ibunya cantik persis Dini,"
"Nama panggilannya Dini?"
"Yap,"
"Hobbynya apa?"
"Baca novel. Dia juga suka banget nyanyi. Keliatan dari koleksi rekaman suaranya di soundcloud. Gue juga punya beberapa rekamannya. Soalnya ada yang beberapa yang diprivasi dan gakbisa di download."
"Wow. Soundcloudnya juga lo tau! Trus apalagi yang lo tau?"
"Twitter. Facebook. Path. Line sampe nomer handphone nya juga gue tau."
"Trus bro?" tanya pria berwajah lancip tak sabaran.
"Dia suka bawa motor. Motornya Honda Scoopy warna pink. Dia suka banget warna pink. Makanya gue suka nyelipin hadiah berwarna pink di lokernya."
"Trus trus?" pria berwajah lancip kembali tak sabaran.
"Gue bener-bener suka sama kepribadiannya, bro. Jatuh cinta banget gue."
"Dan... dia tau?"
"Sepertinya enggak. Gue sengaja gakmau nunjukin," ucap pria berkacamata murung.
"Loh? Kenapa?" tanya pria berwajah lancip heran. Ia tau betul bahwa sahabatnya bukan tipe pria seperti itu.
"Dia udah punya pacar,"
Pria berwajah lancip sedikit kaget. Dan kembali bertanya "Siapa pacarnya? Udah berapa lama hubungannya?"
"Anak Politeknik Negeri jurusan otomotif. Namanya Raden Maulana. Liat aja, hari ini Dini gakbawa motor ntar juga dijemput,"
"Trus? Udah berapa lama hubungannya?" tanya pria berwajah lancip tak sabaran.
"Lima tahun setengah,"
Pria berwajah lancip membuka mulutnya kaget. Sekarang Ia mengerti mengapa sahabatnya tak berani menunjukan rasa cintanya.
"Oke kalau begitu. Lo gakboleh ngeliat pemandangan menyakitkan. Lima tahun setengah, gila. Pasti ntar di motor Dini bakal meluk Raden-Raden itu. Ayo pergi secepat mungkin,"
Pria berkacamata tersenyum dan berkata "Gue udah biasa liatnya. Gue malah bahagia ngeliat dia ketawa-ketawa sama Raden Maulana itu. Gue gak berani ganggu hubungan mereka karna gue tau banget Raden Maulana pria yang baik buat Dini. Mungkin jauh lebih baik dari gue,"
"Gila emang lo bro. Anak psikolog yang gila. Kalo gue jadi lo, gue pasti udah hajar abis-abisan. Gue pasti panas banget." ucap pria berwajah lencip tak sabaran.
"Hahaha, emang gue kayak lo apa. Kuliah Fakultas Psikologi. Tapi sifat kayak Psikopat. Hahaha" pria berkacamata tertawa renyah.

Mereka masih memperhatikan Dini. Dini yang daritadi hanya mengaduk-aduk minuman yang dipesannya. Kini mulai membuka sebuah buku.
"Lihat deh, bro." pinta pria berkacamata.
"Kenapa?" tanya pria berwajah lancip bingung.
"Dia makin cantik ya kalo lagi baca buku. Itu buku dari gue."
"Buku apaantuh?" tanya pria berwajah lancip yang kembali bingung.
"Buku novel tentang seorang pria yang jatuh cinta diam-diam pada seorang wanita yang sudah bahagia bersama kekasihnya,"
"Edodo e... Lo banget, bro!" ucap pria berwajah lancip sembari menepuk pundak sahabatnya.
"Eh liat! Raden dateng!" pria berkacamata menunjuk seorang pria yang menaiki Ninja Kawasaki berwarna hijau yang sedang melepas helm full face miliknya.
"Ah. Gak ganteng bro. Biasa aja. Gantengan lo. Tapi lo sama gue gantengan gue ya..." guyon pria berwajah lancip.
"Sial!" kini pria berkacamata yang menepuk pundak sahabatnya.
Sepasang sahabat seperjuangan masih terus memperhatikan seorang pria bermata sipit dengan hidung yang tidak terlalu mancung dan kulit yang eksotis mengecup lembut kening Dini.
Dini dan pria itu berbicara dengan senyum kebahagiaan diwajahnya masing-masing.
"Yuk pergi," pinta pria berwajah lencip.
"Tunggu Dini bangun dan gandengan sama Raden," masih ada senyum di sudut wajah pria berkacamata.
"Nah tuh udah. Ayo pergi,"
Mereka pergi dengan langkah kaki bersamaan. Tak lama, pria berwajah lancip merangkul pria berkacamata.
Dini dan Raden berjalan bersandingan sebagai sepasang kekasih yang sangat bahagia dan serasi.
Raden mulai menaiki motornya. Detik pertama, Ia mencantolkan kunci dan memutar kunci tersebut sebagaimana mestinya. Lalu menekan kopling dan memasukan gigi.
"Sayang? Ayo.." pinta pria bersuara lembut yang telah diketahu bernama Raden.
Dini baru saja tak sengaja membuka setiap halaman buku yang sedaritadi Ia bawa. Disitu ada sebuah foto seorang pria berkacamata, berkulit eksotis dengan hidung mancung dan bibir tipis sedang menggunakan mantel hangat cokelat dengan background pemandangan beserta air terjun. Ketika ditegaskan. Dini merasa itu adalah pria yang sedaritadi memperhatikannya. Kemudian Dini membalik foto tesebut dan ditemukanlah sebuah nama lengkap beserta nomer telefon. Randy Assegaf: 082121345689

You Might Also Like

0 comments:

Jumat, 03 Mei 2013

Takperlu Kuungkapkan

"Itu? Namanya siapa?" bisik pria berwajah lancip.
Pria berkacamata pun hanya mengangguk dan berkata "Namanya Andini Ratnasari" pria berkacamatpun tersenyum lebar ketika menyebutkan nama wanita yang mereka perhatikan sedaritadi. Wanita dengan rambut cokelat lurus tanpa poni yang membiarkan kening indahnya terpapar sinar matahari pagi.
"Anak mana?" ucap lagi pria berwajah lancip.
"Anak orangtuanya lah," pria berkacamata memulai guyonannya. Pria berwajah lancip pun memukul dengan cukup keras sampai pria berkacamata mengaduh.
"Serius dong, bro" mohon pria berwajah lancip.
Pria berkacamat tersenyum dan berkata "Anak Sience semester 3,"
"Sejak kapan lo suka?"
"Sejak pertamakali liat dia ospek,"
"Rumahnya dimana?"
"Di daerah Kalibata timur,"
"Tau persis alamat dan bentuk rumahnya?" tanya pria berwajah lancip.
"Tau. Tapi gak hafal alamat bakunya. Kalau jalannya ya tau. Rumahnya sederhana, ibunya cantik persis Dini,"
"Nama panggilannya Dini?"
"Yap,"
"Hobbynya apa?"
"Baca novel. Dia juga suka banget nyanyi. Keliatan dari koleksi rekaman suaranya di soundcloud. Gue juga punya beberapa rekamannya. Soalnya ada yang beberapa yang diprivasi dan gakbisa di download."
"Wow. Soundcloudnya juga lo tau! Trus apalagi yang lo tau?"
"Twitter. Facebook. Path. Line sampe nomer handphone nya juga gue tau."
"Trus bro?" tanya pria berwajah lancip tak sabaran.
"Dia suka bawa motor. Motornya Honda Scoopy warna pink. Dia suka banget warna pink. Makanya gue suka nyelipin hadiah berwarna pink di lokernya."
"Trus trus?" pria berwajah lancip kembali tak sabaran.
"Gue bener-bener suka sama kepribadiannya, bro. Jatuh cinta banget gue."
"Dan... dia tau?"
"Sepertinya enggak. Gue sengaja gakmau nunjukin," ucap pria berkacamata murung.
"Loh? Kenapa?" tanya pria berwajah lancip heran. Ia tau betul bahwa sahabatnya bukan tipe pria seperti itu.
"Dia udah punya pacar,"
Pria berwajah lancip sedikit kaget. Dan kembali bertanya "Siapa pacarnya? Udah berapa lama hubungannya?"
"Anak Politeknik Negeri jurusan otomotif. Namanya Raden Maulana. Liat aja, hari ini Dini gakbawa motor ntar juga dijemput,"
"Trus? Udah berapa lama hubungannya?" tanya pria berwajah lancip tak sabaran.
"Lima tahun setengah,"
Pria berwajah lancip membuka mulutnya kaget. Sekarang Ia mengerti mengapa sahabatnya tak berani menunjukan rasa cintanya.
"Oke kalau begitu. Lo gakboleh ngeliat pemandangan menyakitkan. Lima tahun setengah, gila. Pasti ntar di motor Dini bakal meluk Raden-Raden itu. Ayo pergi secepat mungkin,"
Pria berkacamata tersenyum dan berkata "Gue udah biasa liatnya. Gue malah bahagia ngeliat dia ketawa-ketawa sama Raden Maulana itu. Gue gak berani ganggu hubungan mereka karna gue tau banget Raden Maulana pria yang baik buat Dini. Mungkin jauh lebih baik dari gue,"
"Gila emang lo bro. Anak psikolog yang gila. Kalo gue jadi lo, gue pasti udah hajar abis-abisan. Gue pasti panas banget." ucap pria berwajah lencip tak sabaran.
"Hahaha, emang gue kayak lo apa. Kuliah Fakultas Psikologi. Tapi sifat kayak Psikopat. Hahaha" pria berkacamata tertawa renyah.

Mereka masih memperhatikan Dini. Dini yang daritadi hanya mengaduk-aduk minuman yang dipesannya. Kini mulai membuka sebuah buku.
"Lihat deh, bro." pinta pria berkacamata.
"Kenapa?" tanya pria berwajah lancip bingung.
"Dia makin cantik ya kalo lagi baca buku. Itu buku dari gue."
"Buku apaantuh?" tanya pria berwajah lancip yang kembali bingung.
"Buku novel tentang seorang pria yang jatuh cinta diam-diam pada seorang wanita yang sudah bahagia bersama kekasihnya,"
"Edodo e... Lo banget, bro!" ucap pria berwajah lancip sembari menepuk pundak sahabatnya.
"Eh liat! Raden dateng!" pria berkacamata menunjuk seorang pria yang menaiki Ninja Kawasaki berwarna hijau yang sedang melepas helm full face miliknya.
"Ah. Gak ganteng bro. Biasa aja. Gantengan lo. Tapi lo sama gue gantengan gue ya..." guyon pria berwajah lancip.
"Sial!" kini pria berkacamata yang menepuk pundak sahabatnya.
Sepasang sahabat seperjuangan masih terus memperhatikan seorang pria bermata sipit dengan hidung yang tidak terlalu mancung dan kulit yang eksotis mengecup lembut kening Dini.
Dini dan pria itu berbicara dengan senyum kebahagiaan diwajahnya masing-masing.
"Yuk pergi," pinta pria berwajah lencip.
"Tunggu Dini bangun dan gandengan sama Raden," masih ada senyum di sudut wajah pria berkacamata.
"Nah tuh udah. Ayo pergi,"
Mereka pergi dengan langkah kaki bersamaan. Tak lama, pria berwajah lancip merangkul pria berkacamata.
Dini dan Raden berjalan bersandingan sebagai sepasang kekasih yang sangat bahagia dan serasi.
Raden mulai menaiki motornya. Detik pertama, Ia mencantolkan kunci dan memutar kunci tersebut sebagaimana mestinya. Lalu menekan kopling dan memasukan gigi.
"Sayang? Ayo.." pinta pria bersuara lembut yang telah diketahu bernama Raden.
Dini baru saja tak sengaja membuka setiap halaman buku yang sedaritadi Ia bawa. Disitu ada sebuah foto seorang pria berkacamata, berkulit eksotis dengan hidung mancung dan bibir tipis sedang menggunakan mantel hangat cokelat dengan background pemandangan beserta air terjun. Ketika ditegaskan. Dini merasa itu adalah pria yang sedaritadi memperhatikannya. Kemudian Dini membalik foto tesebut dan ditemukanlah sebuah nama lengkap beserta nomer telefon. Randy Assegaf: 082121345689

Tidak ada komentar:

Posting Komentar