A Letter to My Imaginary Child

2:22:00 PM Fajria Anindya Utami 0 Comments

Well, terinspirasi dari Om Piring.

Halo, Nak…

Ibu gak tau mungkinkah surat ini bisa sampai padamu nanti. Tapi, kurang lebih inilah isi hati ibu untukmu.

Nak, ibu mungkin nanti bukanlah ibu yang sempurna. Ibu bisa jadi penuh kekurangan yang akan selalu ibu coba untuk tutupi dengan kelebihan yang ibu punya. Ibu sadar, ibu adalah seseorang yang sekalinya terpuruk, bisa sulit untuk bangkit. Butuh ribuan motivasi dan dorongan dari orang lain untuk ibu bangkit.

Mungkin kamu pikir, ibu adalah orang yang lemah. Tapi ibu selalu coba untuk jadi pribadi yang kuat.

Nak, kehidupan itu keras. Nanti, kamu harus bisa jadi orang yang tegas tanpa kekerasan. Kamu harus punya manner dan attitude yang baik. Jadilah pribadi yang baik kepada semua orang. Jadilah pribadi yang penyayang terhadap apapun.

Ibu tau buah jatuh gak jauh dari pohonnya. Mungkin aja nanti kepribadian ibu yang mudah kalut, mudah ketakutan sama pikiran sendiri, ketakutan sama hal yang belum tentu terjadi, ketakutan sama hal yang belum dimulai dan sekalinya rapuh butuh usaha keras untuk dikuatkan lagi, nurun ke kamu.
Ibu tau jadi seseorang seperti itu sangat susah dan sangat menyakitkan ketika jatuh.

Ibu harap nanti ibu bisa jadi orang pertama yang menguatkan kamu. Ibu akan selalu peluk kamu kalau kamu menangis. Ibu akan bantu kamu dalam memilih pasangan hidup yang tepat. Ibu akan terus dorong kamu untuk jadi pribadi yang sukses.

Ibu harap, nantinya ibu bisa jadi sosok yang penyayang. Sosok yang lembut, yang bisa sabar dalam mendidik dan melatih kamu sampai dewasa, yang selalu dukung impian dan selalu support kamu dari jauh.

Nanti, kamu harus jadi anak yang cerdas ya, Nak.

Ibu akan buat pondasi dasar kamu berdasarkan ketaatan kepada Allah SWT. Ibu akan buat pondasi dasar kamu adalah pribadi yang kuat dan tangguh.

Kayak apa yang ibu bilang, kehidupan itu keras. Cuma pohon yang kuat, Nak, yang mampu berdiri tegak dari segala badai. Ibu akan buat kamu jadi pribadi yang hebat dimanapun kamu berada.
Ibaratkan seekor ikan, mau di kolam kecil, kolam sedang, kolam besar, sungai, teluk bahkan laut sekalipun, ibu akan buat kamu mampu bertahan.

Kuncinya, selalu buat keyakinan di diri kamu kalau Allah terus menjaga kamu. Allah akan selalu menguatkan kamu. Ketika rapuh, jadikanlah dzikir dan Al Quran sebagai penenang dan penguatmu ya, Nak.

Ibu pernah jatuh sebegitu mengerikan. Memang bukan jatuh dari lantai 15, tapi rasa sakitnya bagai jatuh dari lantai 20.

Ibu jadikan sholat sunah, dzikir dan Al Quran sebagai penguat ibu. Sejak saat itu, ibu sadar kalau rohani ibu kosong dan butuh diisi oleh hal-hal menyejukkan seperti itu.

Nak…

Ibu gak mau mengulang kesalahan seperti nenek dan kakek kandungmu. Mereka bercerai di usia ibu yang ke-18. Awalnya ibu pikir, semuanya akan baik-baik saja, atau mungkin malah lebih baik karena lelah apabila mendengar mereka bertengkar. Tapi ternyata sebagai anak pertama, ibu terkadang merasa lelah, Nak. Tapi ibu tau, Allah gak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan hamba-Nya. Dengan begini, Allah pasti tau kalau ibu kuat untuk ngejalanin semua hal ini.

Biarpun sekarang kehidupan ibu bagai berjalan diatas ranjau, tapi ibu tau ini akan berlalu. Ibu percaya satu hal, selalu akan ada pelangi setelah badai.

Saat ibu menulis ini, usia ibu 19 tahun 9 bulan atau tepatnya 16 Oktober 2016.

Kalau kamu bertanya, apakah ibu sudah menemukan ayahmu atau belum… sejujurnya ibu gak tau. Bisa jadi belum, bisa jadi juga sudah tapi ibu gak sadar. Karena masih lama, Nak, sekitar 4-6 tahun lagi mungkin ibu baru siap untuk menikah.

Siapapun ayahmu nanti, pasti adalah sosok yang terbaik yang sudah disiapkan oleh Allah. Pastinya dia adalah seseorang yang bertanggungjawab, penyayang, pekerja keras tapi tetap mengutamakan keluarga, dan nantinya, ayahmu pasti selalu sayang sama ibu.

Ibu yakin, siapapun ayahmu nanti, dia pastilah jawaban dari doa sepertiga malam yang selalu ibu panjatkan.

Manusia gak ada yang sempurna, Nak. Termasuk ibu dan ayahmu nanti.

Tapi pasti selalu kami usahakan yang terbaik, kami akan menjadi orangtua yang demokratis, yang dalam keputusan besar, kita coba untuk rundingkan bersama.

Oh ya, Nak.. nanti kamu harus belajar main musik ya. Ibu sih maunya kamu bisa main musik klasik kayak biola, harpa atau piano. Tapi kalo nanti kamu maunya gitar, bass atau drum, ibu gak akan ngelarang kok. Ibu pasti dukung.

Maaf juga kalau nanti mungkin ibu kurang perhatian. Ibu mau bisa berkarir biarpun bukan kewajiban ibu mencari nafkah atau sekalipun nanti ayahmu bergelimang harta, ibu tetap mau punya asset sendiri, mau punya tabungan sendiri dan mau aktif di dunia luar.

Nak, harta itu titipan. Harta ayahmu bisa saja habis atau (amit-amit) usahanya jatuh, dengan ibu punya asset atau tabungan, nantinya ibu bisa bantu ayahmu. Urusan sandang, pangan, papanmu jadinya tidak terbengkalai, apalagi urusan pendidikan dan kesehatanmu, Nak.

Ibu dan ayahmu selalu mengupayakan yang terbaik. Nantinya, kami pasti bisa jadi partner yang kompak.

Semoga surat ini akan sampai padamu nanti, aamiin…

Salam sayang,

Your lovely melancholy mom

You Might Also Like

0 comments:

Minggu, 16 Oktober 2016

A Letter to My Imaginary Child

Well, terinspirasi dari Om Piring.

Halo, Nak…

Ibu gak tau mungkinkah surat ini bisa sampai padamu nanti. Tapi, kurang lebih inilah isi hati ibu untukmu.

Nak, ibu mungkin nanti bukanlah ibu yang sempurna. Ibu bisa jadi penuh kekurangan yang akan selalu ibu coba untuk tutupi dengan kelebihan yang ibu punya. Ibu sadar, ibu adalah seseorang yang sekalinya terpuruk, bisa sulit untuk bangkit. Butuh ribuan motivasi dan dorongan dari orang lain untuk ibu bangkit.

Mungkin kamu pikir, ibu adalah orang yang lemah. Tapi ibu selalu coba untuk jadi pribadi yang kuat.

Nak, kehidupan itu keras. Nanti, kamu harus bisa jadi orang yang tegas tanpa kekerasan. Kamu harus punya manner dan attitude yang baik. Jadilah pribadi yang baik kepada semua orang. Jadilah pribadi yang penyayang terhadap apapun.

Ibu tau buah jatuh gak jauh dari pohonnya. Mungkin aja nanti kepribadian ibu yang mudah kalut, mudah ketakutan sama pikiran sendiri, ketakutan sama hal yang belum tentu terjadi, ketakutan sama hal yang belum dimulai dan sekalinya rapuh butuh usaha keras untuk dikuatkan lagi, nurun ke kamu.
Ibu tau jadi seseorang seperti itu sangat susah dan sangat menyakitkan ketika jatuh.

Ibu harap nanti ibu bisa jadi orang pertama yang menguatkan kamu. Ibu akan selalu peluk kamu kalau kamu menangis. Ibu akan bantu kamu dalam memilih pasangan hidup yang tepat. Ibu akan terus dorong kamu untuk jadi pribadi yang sukses.

Ibu harap, nantinya ibu bisa jadi sosok yang penyayang. Sosok yang lembut, yang bisa sabar dalam mendidik dan melatih kamu sampai dewasa, yang selalu dukung impian dan selalu support kamu dari jauh.

Nanti, kamu harus jadi anak yang cerdas ya, Nak.

Ibu akan buat pondasi dasar kamu berdasarkan ketaatan kepada Allah SWT. Ibu akan buat pondasi dasar kamu adalah pribadi yang kuat dan tangguh.

Kayak apa yang ibu bilang, kehidupan itu keras. Cuma pohon yang kuat, Nak, yang mampu berdiri tegak dari segala badai. Ibu akan buat kamu jadi pribadi yang hebat dimanapun kamu berada.
Ibaratkan seekor ikan, mau di kolam kecil, kolam sedang, kolam besar, sungai, teluk bahkan laut sekalipun, ibu akan buat kamu mampu bertahan.

Kuncinya, selalu buat keyakinan di diri kamu kalau Allah terus menjaga kamu. Allah akan selalu menguatkan kamu. Ketika rapuh, jadikanlah dzikir dan Al Quran sebagai penenang dan penguatmu ya, Nak.

Ibu pernah jatuh sebegitu mengerikan. Memang bukan jatuh dari lantai 15, tapi rasa sakitnya bagai jatuh dari lantai 20.

Ibu jadikan sholat sunah, dzikir dan Al Quran sebagai penguat ibu. Sejak saat itu, ibu sadar kalau rohani ibu kosong dan butuh diisi oleh hal-hal menyejukkan seperti itu.

Nak…

Ibu gak mau mengulang kesalahan seperti nenek dan kakek kandungmu. Mereka bercerai di usia ibu yang ke-18. Awalnya ibu pikir, semuanya akan baik-baik saja, atau mungkin malah lebih baik karena lelah apabila mendengar mereka bertengkar. Tapi ternyata sebagai anak pertama, ibu terkadang merasa lelah, Nak. Tapi ibu tau, Allah gak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan hamba-Nya. Dengan begini, Allah pasti tau kalau ibu kuat untuk ngejalanin semua hal ini.

Biarpun sekarang kehidupan ibu bagai berjalan diatas ranjau, tapi ibu tau ini akan berlalu. Ibu percaya satu hal, selalu akan ada pelangi setelah badai.

Saat ibu menulis ini, usia ibu 19 tahun 9 bulan atau tepatnya 16 Oktober 2016.

Kalau kamu bertanya, apakah ibu sudah menemukan ayahmu atau belum… sejujurnya ibu gak tau. Bisa jadi belum, bisa jadi juga sudah tapi ibu gak sadar. Karena masih lama, Nak, sekitar 4-6 tahun lagi mungkin ibu baru siap untuk menikah.

Siapapun ayahmu nanti, pasti adalah sosok yang terbaik yang sudah disiapkan oleh Allah. Pastinya dia adalah seseorang yang bertanggungjawab, penyayang, pekerja keras tapi tetap mengutamakan keluarga, dan nantinya, ayahmu pasti selalu sayang sama ibu.

Ibu yakin, siapapun ayahmu nanti, dia pastilah jawaban dari doa sepertiga malam yang selalu ibu panjatkan.

Manusia gak ada yang sempurna, Nak. Termasuk ibu dan ayahmu nanti.

Tapi pasti selalu kami usahakan yang terbaik, kami akan menjadi orangtua yang demokratis, yang dalam keputusan besar, kita coba untuk rundingkan bersama.

Oh ya, Nak.. nanti kamu harus belajar main musik ya. Ibu sih maunya kamu bisa main musik klasik kayak biola, harpa atau piano. Tapi kalo nanti kamu maunya gitar, bass atau drum, ibu gak akan ngelarang kok. Ibu pasti dukung.

Maaf juga kalau nanti mungkin ibu kurang perhatian. Ibu mau bisa berkarir biarpun bukan kewajiban ibu mencari nafkah atau sekalipun nanti ayahmu bergelimang harta, ibu tetap mau punya asset sendiri, mau punya tabungan sendiri dan mau aktif di dunia luar.

Nak, harta itu titipan. Harta ayahmu bisa saja habis atau (amit-amit) usahanya jatuh, dengan ibu punya asset atau tabungan, nantinya ibu bisa bantu ayahmu. Urusan sandang, pangan, papanmu jadinya tidak terbengkalai, apalagi urusan pendidikan dan kesehatanmu, Nak.

Ibu dan ayahmu selalu mengupayakan yang terbaik. Nantinya, kami pasti bisa jadi partner yang kompak.

Semoga surat ini akan sampai padamu nanti, aamiin…

Salam sayang,

Your lovely melancholy mom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar